Diriwayatkan ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai Gubernur Madinah, seorang laki-laki membaca di hadapannya sebuah ayat al-Qur’an yang berbunyi:
وَإِذَا أُلْقُوْا مِنْهَا مَكَاناً ضَيِّقًا مُقَرَّنِيْنَ دَعَوْا هُنَالِكَ ثُبُوْرًا
“Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan.” (QS. Al-Furqan: 13)
Mendengarnya seketika Umar menangis. Dan tangisannya itu bertambah keras dan meledak-ledak. Sambil menangis keras, Umar bangkit dan pulang ke rumahnya. Dan orang-orang yang ada di sekelilingnya pun bubar
Adapun tafsiran ayat yang dimaksud di atas adalah; ‘Dan apabila para pendusta hari kiamat itu dilemparkan ke dalam neraka sebagai tempat yang teramat sempit, kedua tangan mereka dibelenggu ke leher mereka
Abu Mardud pernah bercerita. Katanya: Aku pernah mendengar bahwa suatu hari Umar bin Abdul Aziz membaca ayat:
وَمَا تَكُوْنُ مِنْ شَأْنٍ وَمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلاَ تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ إِلاَّ كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا إِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِ...الآية
“Kamu tidak berada dalam suatu Keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…” (QS. Yunus: 61)
Tiba-tiba dirinya menangis dengan keras sehingga terdengar oleh semua penghuni rumah. Kemudian Fathimah –istrinya- mendatangi-nya dan ikut menangis. Begitu pula semua anggota keluarganya yang lainnya juga ikut menangis bersama. Lalu datanglah Abdul Malik –anaknya- sambil bertanya: “Wahai ayah, apa yang menyebabkanmu menangis?” Umar menjawab: “Tidak apa-apa wahai anakku. Ayahmu hanya berharap ia tidak lagi mengenal dunia dan dunia tidak lagi mengenalnya. Demi Allah wahai anakku, ayah sangat khawatir akan binasa karenanya –karena dunia. Demi Allah hai anakku, aku khawatir termasuk dari ahli neraka.”
Abdul A’la bin Abdulllah al-Anazi bercerita: Aku pernah melihat Umar bin Abdul Aziz menyampaikan khutbah jum’at. Beliau membaca ayat: إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ Tahukah kalian apa yang tengah terjadi pada matahari itu?” yakni وَإِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْ sampai ayat وَإِذَا الْجَحِيْمُ سُعِّرَتْ وَإِذَا الْجَنَّةُ أُزْلِفَتْ. Tak berapa lama Umar pun menangis dan diikuti oleh para jamaah shalat jum’at. Tidak hanya itu semua ruangan masjid juga ramai oleh suara tangisan. Bahkan saya melihat tembok-tembok masjid juga menangis bersamanya.
Maymun bin Mahran mengatakan: Umar bin Abdul Aziz membaca ayat أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ lalu ia menangis. Dan melanjutkan berikutnya حَتىَّ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ sambil berkata: “Aku tidak melihat kuburan melainkan sebuah ziarah. Oleh karena itu siapa saja yang berziarah kubur maka kelak ia harus pulang ke surga atau ke neraka.”
Imam Abu Yusuf dalam Kitab Al Kharaj mengisahkan bahwa tatkala Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. meninggal, para fuqaha mendatangi isteri beliau, berbela sungkawa, dan menghibur beliau atas besarnya musibah yang dialami kaum muslimin atas meninggalnya khalifah. Para fuqaha bertanya kepada sang istri tentang keadaan almarhum.
Sang istri mengatakan: “Demi Allah almarhum bukanlah orang yang paling banyak puasa dan shalatnya dibandingkan yang lain. Tetapi demi Allah, aku belum pernah melihat seorang yang lebih hebat takutnya kepada Allah dari pada beliau. Beliau, telah meluangkan jiwa dan raganya untuk kepentingan umat. Beliau siap melayani kebutuhan-kebutuhan mereka sepanjang hari bahkan hingga malam hari.
Suatu sore air mata beliau jatuh bercucuran di pipinya…Lalu kutanyakan: ‘Wahai Amirul mukminin, ada apa gerangan?’ Beliau menjawab: ‘Engkau tahu, aku telah diserahi urusan seluruh umat ini, yang berkulit putih maupun hitam, lalu aku ingat akan orang yang terasing, peminta-minta yang merendah, orang kehilangan, orang-orang fakir yang sangat membutuhkan, tawanan yang tertekan jiwanya dan lain sebagainya di berbagai tempat di bumi ini. Dan aku tahu persis, Allah SWT pasti akan menanyaiku tentang mereka, dan Muhammad saw akan membantahku dalam masalah mereka (jika aku mangkir); karena itulah aku takut akan diriku sendiri”.
Demi Allah, jika Umar berada pada puncak kebahagiaan seorang lelaki bersama isterinya, lalu ia ingat suatu urusan Allah, maka ia akan terguncang bak burung tercebur di air. Lalu suara tangis menjadi-jadi sampai aku melemparkan selimut kami” Isteri khalifah itu berkata: “Demi Allah, sungguh aku ingin sekali bila jarak antara kami dengan urusan pemerintahan itu melebihi jarak Timur dan Barat”.
Al-Hakam bin Umar mengisahkan, ”Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, ’Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik kendaran ini saja (hewan tunggangan).’”
’Atha al-Khurasani berkata, ”Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap satu batang kayu bakar dengan satu dirham.”
’Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menyalakan lampu milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin. Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera menyalakan lampu miliknya sendiri.
Al-Hakam bin Umar meriwayarkan bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki 300 penjaga. Umar berkata kepada para pengawalnya, ”Sesungguhnya aku memiliki penjaga untuk kalian dan untukku, juga ada penjaga ajalku. Maka, siapa yang ingin tetap berada di sini, tetaplah di sini, dan siapa yang ingin pulang, pulanglah kepada keluarga kalian.”
Yunus bin Abi Syaib berkata, ”Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya.”
Hal senada diungkapkan putranya, Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz ketika ditanya oleh Abu Ja’far al-Manshur perihal jumlah kekayaan ayahnya. Ja’far bertanya, ”Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?” Abdul Aziz menjawab, ”Empat puluh ribu dinar.” Ja’far bertanya lagi, ”Lalu berapa kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?” Jawab Abdul Aziz, ”Empat ratus dinar. Itu pun kalau belum berkurang.”
Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam kehidupan benar-benar diilhami oleh perilaku hidup sederhana Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Beliau sangat sederhana dalam berpakaian. Suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Maslamah berkata kepada istri umar, Fathimah binti Abdul Malik, ”Tidakkah engkau cuci bajunya?” Fathimah menjawab, ”Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai.”
Pada kesempatan lain Umar bin Abdul Aziz shalat Jum’at di masjid bersama orang banyak dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah seorang jamaah bertanya, ”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?”
Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata, ”Sesungguhnya berlaku sederhana yang palinG baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat.”
Umar bin Abdul Aziz juga sangat sederhana dalam makanan. Seorang pelayan Umar, Abu Umayyah al-Khashy berkata, ”Saya datang menemui istri Umar dan dia memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, ’Apakah setiap hari tuan makan dengan kacang adas?’” Fathimah menjawab, ”Wahai anakku, inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin.”
’Amr bin Muhajir berkata, ”Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya hanya dua dirham.” Sedangkan Yusuf bin Ya’qub al-Khalil berkata, ”Umar bin Abdul Aziz memakai pakaian dari bulu unta yang pendek. Sedangkan penerangan rumahnya terdiri dari tiga bambu yang di atasnya ada tanah.”
Umar bin Abdul Aziz juga senantiasa mengerjakan urusan-urusan kecil yang sebenarnya tidak pantas dikerjakan oleh seorang Amirul Mukminin. Seperti diungkapkan oleh Abu Umayyah bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah masuk ke satu kamar mandi. Tiba-tiba kamar mandi itu rusak, maka dia memberperbaikinya sendiri.
source : kumpulan-kisah2.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment