Amirul Mukminin Abu Abdillah Muhammad bin Al Mustazhhir billah Ahmad Al Hasyimi Al Abbasi Al Baghdadi Al Habsyi Al Umm. Dia lahir pada tahun 489 H.
Dia dibai’at menjadi seorang imam pada tanggal 16 Dzulqa’dah tahun 530 H.
Al Muqtafi adalah seorang imam yang cerdas, pandai, pekerja keras yang disegani, berwatak keras, dermawan, mencintai hadits dan ilmu, hormat kepada keluarganya. Dia memiliki perjalanan hidup yang mulia, karena keteguhan agamanya dan pengaturan kerajaan yang baik. Dia memperbarui seluruh sistem kekhilafahan, dia menangani sendiri seluruh perkara penting, dan ikut serta dalam peperangan bersama tentara-tentaranya.
Abu Thalib bin Abdul As-Sami’ berkata, “Kesehariannya selalu diwarnai dengan keadilan, dan dihiasi dengan kebaikan. Dia selalu terdepan dalam beribadah sebelum dan ketika menjabat sebagai Khalifah. Tidak seorang pun kelihatan telah menyerupai kelembutannya setelah Khalifah Al Mu’tashim dalam keberanian, kezuhudan dan kewara’annya. Tentara-tentaranya selalu meraih kemenangan dalam setiap peperangan.”
Aku berkata, “Di antara pembantunya yang baik adalah menterinya Aunuddin bin Hubairah. Ia berkulit hitam, mempunyai wajah bersih, bekepribadian yang bagus, mengangkat kewibawaan khilafah, dan menghilangkan darinya kerakusan para sultan bangsa Saljuq dan bangsa lainnya.”
Dari Ibnu Al Jauzi berkata, “Aku telah membaca tulisan Abu Al Farj Al Haddad, ia berkata, ‘Telah bercerita kepadaku orang yang aku percayai bahwa enam hari sebelum menjadi Khalifah, Al Muqtafy pernah melihat Rasulullah SAW dalam mimpinya, Rasulullah SAW bersabda kepadanya, ‘Sebentar lagi urusan kekhalifaan akan datang kepadamu, maka ikutilah jejakku.’ Karena mimpi tersebut lah dia diberi julukan Al Muqtafi li amrillah (seorang yang mengikuti perintah Allah SWT).
Pada tahun 543 H, datanglah tiga raja asing ke wilayah Al Quds. Di antara mereka raja Jerman yang sewenang-wenang. Mereka telah membagikan tujuh ratus dinar kepada tentara mereka untuk bersiap menyerang. Penduduk Damaskus belum mengetahui keadaan mereka kecuali ketika hari sudah pagi, penduduk baru mengetahui bahwa mereka telah bersiap untuk menyerang dengan jumlah sepuluh ribu penunggang kuda dan enam puluh ribu tentara laki-laki. Tentara muslim akhirnya keluar baik yang menaiki kuda maupun yang berjalan kaki. Kedua pasukan pun bertemu. Dalam peperangan ini, tentara muslim yang mati syahid berjumlah sekitar dua ratus orang, di antaranya adalah Al Fandalawi dan Abdurrahman Al Halhuli. Peperangan berlanjut hingga keesokan harinya, dan tentara asing banyak yang tewas. Ketika peperangan memasuki hari yang kelima, datanglah panglima Ghazi bin Zanki dengan membawa 20.000 tentara, diikuti juga oleh saudaranya Nuruddin. Saat itu keramaian, lantunan doa, dan permohonan di kota Damaskus tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Mereka meletakkan Mushaf Utsmani di tengah-tengah masjid. Salah seorang pendeta dari tentara musuh berkata, “Al Masih telah menjanjikanku untuk dapat merebut kota Damaskus, maka kepunglah kota Damaskus dengan janji itu, ia menaiki keledainya sedang di tangannya terdapat salib. Maka amarah orang-orang Damaskus pun semakin bergejolak kepadanya, mereka membunuh pendeta tersebut beserta keledainya. Kemudian berdatanganlah bantuan-bantuan, dan tentara asing pun akhirnya kalah dalam peperangan ini.”
Terjadilah musim paceklik yang dahsyat di wilayah Afrika, musim paceklik terjadi selama satu tahun. Panglima Imaduddin berkata, “Keadaan ini terjadi merata di seluruh wilayah dari Khurasan, Irak, Syam sampai negeri Maroko.”
Ibnu Al Jauzi berkata, “Al Muqtafi terkena penyakit karena ilmu guna-guna, sumber lain mengatakan bahwa dia sakit bisul di lehernya, kemudian dia wafat pada tahun 555 H. Usia dia saat itu 66 tahun kurang delapan belas hari. Ayahnya juga meninggal karena ilmu guna-guna.”source : cara-global.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment