Ternyata tumbuh-tumbuhan bisa saling bekerja sama menghadapi ancaman bahaya. Antara tanaman memiliki sistem komunikasi yang berfungsi sebagai sistem deteksi dini dalam menghadapi ancaman bahaya.
Kesimpulan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kalangan peneliti dari Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda. Tumbuhan berkomunikasi antara mereka sendiri untuk menyebarkan informasi layaknya manusia dan hewan, sebagai bentuk peringatan satu sama lain guna melawan predator dan musuh.
Banyak tumbuhan seperti strawberry, semanggi, alang-alang, dan tumbuhan lainnya yang memiliki bentuk koneksi untuk berbagi informasi satu sama lain. Bentuk komunikasi mereka melalui jaringan sebagaimana dikenal batang yang menjalar yang secara fisik menjadi pertalian seperti terowongan atau kabel permukaan tanah dan bawah tanah. Terlebih dulu tersambung pada sistem vertikal, menyebar yang pada akhirnya berbentuk kuncup baru pada ujungnya dan membentuk jejaring tanaman.
“Jaringan itu seperti tanaman tidak seperti biasanya memproduksi gagang vertikal, namun gagang mereka tampak bertingkat dan karenanya bisa digunakan sebagai prasarana jaringan,” kata Josef Stuefer, peneliti dari Radboud University.
Stuefer dan timnya membiarkan ulat bulu secara bebas di atas semanggi berwarna putih dan mengamatinya memakan selembar daun pada jaringan tersebut. Kemudian tahap kedua, ulat bulu tersebut dibebaskan memilih di antara salah satu daun yang rusak, yang akhirnya memberikan sinyal status pertahanan yang memperingatkan pada jaringan daun yang tidak rusak. Lebih dari 20 rangkaian percobaan, kebanyakan atau semua kira-kira 15 ulat bulu dalam percobaan ini lebih memilih daun yang tidak rusak bentuknya untuk merusak sistem jaringan komunikasi antartanaman tersebut.
“Proses memakan yang dilakukan oleh ulat bulu dia akan menolak dan berjalan lagi pada tanaman yang menyebabkan terjadinya komunikasi. Mereka memahami betul bahwa sistem bahasa pertahanan tumbuhan sangatlah baik,” katanya.
Ini merupakan sistem deteksi dini layaknya sistem pertahanan militer, bahkan jauh lebih efektif. Setiap anggota jaringan bisa menerima sinyal eksternal bahaya dari pemakan tumbuhan yang akan datang dan mengirimkan pesan kepada semua anggota jaringan.
“Sistem serangan daun memang kalah. Walau bagaimanapun daun yang tersisa terlindungi dari serangan predator,” katanya.
Hasil studi dari penelitian ini secara rinci telah dipublikasikan dalam Jurnal Oecologia edisi bulan ini. Menurut peneliti, prinsip dari hakikat transfer jaringan telah diketahui dilakukan oleh banyak spesies, termasuk serangan pada tumbuhan payau, alang-alang, dan tanaman yang dipanen secara komersial seperti bambu.
Kesimpulan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh kalangan peneliti dari Universitas Radboud, Nijmegen, Belanda. Tumbuhan berkomunikasi antara mereka sendiri untuk menyebarkan informasi layaknya manusia dan hewan, sebagai bentuk peringatan satu sama lain guna melawan predator dan musuh.
Banyak tumbuhan seperti strawberry, semanggi, alang-alang, dan tumbuhan lainnya yang memiliki bentuk koneksi untuk berbagi informasi satu sama lain. Bentuk komunikasi mereka melalui jaringan sebagaimana dikenal batang yang menjalar yang secara fisik menjadi pertalian seperti terowongan atau kabel permukaan tanah dan bawah tanah. Terlebih dulu tersambung pada sistem vertikal, menyebar yang pada akhirnya berbentuk kuncup baru pada ujungnya dan membentuk jejaring tanaman.
“Jaringan itu seperti tanaman tidak seperti biasanya memproduksi gagang vertikal, namun gagang mereka tampak bertingkat dan karenanya bisa digunakan sebagai prasarana jaringan,” kata Josef Stuefer, peneliti dari Radboud University.
Stuefer dan timnya membiarkan ulat bulu secara bebas di atas semanggi berwarna putih dan mengamatinya memakan selembar daun pada jaringan tersebut. Kemudian tahap kedua, ulat bulu tersebut dibebaskan memilih di antara salah satu daun yang rusak, yang akhirnya memberikan sinyal status pertahanan yang memperingatkan pada jaringan daun yang tidak rusak. Lebih dari 20 rangkaian percobaan, kebanyakan atau semua kira-kira 15 ulat bulu dalam percobaan ini lebih memilih daun yang tidak rusak bentuknya untuk merusak sistem jaringan komunikasi antartanaman tersebut.
“Proses memakan yang dilakukan oleh ulat bulu dia akan menolak dan berjalan lagi pada tanaman yang menyebabkan terjadinya komunikasi. Mereka memahami betul bahwa sistem bahasa pertahanan tumbuhan sangatlah baik,” katanya.
Ini merupakan sistem deteksi dini layaknya sistem pertahanan militer, bahkan jauh lebih efektif. Setiap anggota jaringan bisa menerima sinyal eksternal bahaya dari pemakan tumbuhan yang akan datang dan mengirimkan pesan kepada semua anggota jaringan.
“Sistem serangan daun memang kalah. Walau bagaimanapun daun yang tersisa terlindungi dari serangan predator,” katanya.
Hasil studi dari penelitian ini secara rinci telah dipublikasikan dalam Jurnal Oecologia edisi bulan ini. Menurut peneliti, prinsip dari hakikat transfer jaringan telah diketahui dilakukan oleh banyak spesies, termasuk serangan pada tumbuhan payau, alang-alang, dan tanaman yang dipanen secara komersial seperti bambu.
No comments:
Post a Comment