Dia adalah putri Al Harits bin Abu Dhirar, yang berasal dari keturunan bani Mushthaliq. Dia ditawan dalam perang Al Muraisi’ tahun 5 Hijriyah dan namanya adalah Barrah, lalu diganti. Dia termasuk wanita yang cantik dan ayahnya seorang tokoh yang ditaati.
Ibnu Sa’ad dan lainnya berkata, “Dia keturunan bani Mustaliq dari Khuza’ah dan suaminya, sebelum masuk Islam, adalah keponakannya sendiri bernama Musafi’ bin Sofwan bin Abu As-Syufar.
Ayahnya yang bernama Al Harits menemui Nabi SAW kemudian menyatakan masuk Islam. Diriwayatkan dari Juwairiyah, dia berkata, “Rasulullah SAW menikahiku ketika aku berumur 20 tahun.” Dia wafat tahun 50 Hijriyah.
Diriwayatkan dari Juwairiyah, bahwa Nabi SAW menemuinya pada hari Jum’at ketika dia (Juwairiyah) sedang berpuasa. Rasululllah SAW bertanya kepadanya, “Apakah kemarin kamu puasa?” Dia berkata, “Tidak.” Kemudian beliau bertanya, “Apakah kamu besok ingin berpuasa?” Juwairiyah menjawab, “Tidak.” Beliau pun bersabda, “Kalau begitu berbukalah!”
Diriwayatkan dari Juwairiyah, dia berkata, “Rasulullah SAW datang menemuiku pada waktu pagi ketika aku sedang bertasbih, kemudian beliau pergi untuk memenuhi kebutuhannya. Setelah itu beliau pulang pada waktu pertengahan siang. Beliau lantas bertanya, ‘Apakah kamu masih tetap duduk sejak tadi?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya aku ingin memberitahumu beberapa kalimat yang jika dibaca maka pahalanya sama dengan semua bacaan tasbih yang kamu baca tadi, yaitu subhaanallah adada khalqihi (sebanyak tiga kali), subhaanallah zinata arsyihi (sebanyak tiga kali), subhanallah ridha nafsihi (sebanyak tiga kali), dan subhanallah midaada kalimaatihi (sebanyak tiga kali)’.”
Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW membagikan para tawanan bani Mushthaliq, Juwairiyah jatuh pada bagian seorang sahabat, tetapi Juwairiyah tidak senang dengannya. Juwairiyah wanita yang manis dan cantik, sehingga setiap pria yang melihatnya pasti tertarik dengannya. Dia lalu mendatangi Rasulullah SAW untuk meminta pertolongan kepada beliau, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku bernama Juwairiyah binti Al Harits, pemimpin kaumku. Aku tertimpa musibah yang tidak ringan bagiku dan aku merasa tertekan, maka tolonglah aku!’ Rasulullah SAW kemudian menjawab, ‘Maukah kamu aku beri alternatif yang lebih baik dari itu? Bagiamana jika kamu aku tebus dan aku nikahi?’ Juwairiyah menjawab, ‘Ya’. Rasulullah SAW lalu melakukannya.
Ketika berita itu diketahui oleh para sahabat, mereka berkata, ‘Bani Mutshthaliq adalah mertua Rasulullah SAW!’ Mereka pun membebaskan tawanan dari kalangan bani Mushthaliq yang berada di tangan mereka. Berkat pernikahannya dengan Rasulullah SAW, seratus orang tawanan dari bani Mushthaliq dibebaskan. Aku tidak mengetahui ada wanita yang memberikan berkah terbesar bagi kaumnya selain Juwairiyah.”
source : cara-global.blogspot.comrepost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment