Oleh: H. Budi Suherdiman Januardi |
Judul tulisan ini berkenaan dengan salah satu Rukun Iman yaitu iman pada Hari Akhir. Karena keimanan kita pada hari akhir termasuk di dalamnya adalah mengimani pada berbagai tanda yang akan menyertainya. Untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai hal tersebut tiada sumber lain kecuali dari Al Quran dan Hadits Rasululloh Saw. Hari Kiamat (akhir zaman) yang merupakan salah satu fase dari Hari Akhir, kapan waktu terjadinya, tiada seorang makhlukpun yang mengetahuinya kecuali hanya Alloh Swt sendiri: - Dalam Al Quran Surat Al A’raf (7) ayat 187 Alloh Swt berfirman: “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" - Dalam Hadits Riwayat Muslim dan Ibnu Majah, ditegaskan bahwa Malaikat Jibril-pun tidak mengetahuinya dengan mengatakan: “Yang ditanya tentang kiamat tidak lebih tahu daripada yang bertanya”. - Hanya secara umum ada penjelasan Rasululloh Saw bahwa waktu terjadinya hari kiamat memang sangat dekat. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Sahal bin Saad ra, ia berkata: Aku mendengar Nabi Saw bersabda sambil memberikan isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah: ‘Waktu aku diutus (menjadi rasul) dan waktu hari kiamat adalah seperti ini (mengisyaratkan dekatnya waktu kiamat)’. Dengan kasih-sayang Alloh Swt pada umat Islam di akhir zaman, Alloh Swt melalui lisan Rasululloh Saw telah memberitahukan bahwa menjelang terjadinya hari kiamat akan terjadi beberapa peristiwa yang merupakan tanda yang akan menyertainya: - Tanda kiamat pertama adalah diutusnya Nabi Muhammad Saw ; Sebagaimana yang disebutkan dalam Al Quran dan berbagai hadits, menjelang datangnya akhir zaman, dunia akan dipenuhi dengan berbagai peristiwa yang bersifat fitnah. Fitnah dalam pengertian munculnya berbagai cobaan dan ujian. Alloh Swt memperingatkan kita dalam Al Quran dengan : “Dan peliharalah dirimu dari siksaan (fitnah) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya”. (QS. Al Anfal (8): 25). Sedangkan dalam Hadits banyak disebutkan beraneka jenis fitnah yang akan terjadi. Diantara fitnah-fitnah tersebut adalah: - "Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi-pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari telah menjadi kafir dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir" (HR. Muslim: Kitabul Iman no. 269) - “Tidak akan tiba hari kiamat hingga banyak terjadi gempa bumi" (Shahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fitan (XIII/81-82, Al-Fath)) - “Sebagian umatku yang dirahmati, mereka tidak dihisab dan tidak disiksa sama sekali di akhirat, siksa yang pernah dialaminya adalah pembunuhan, gempa dan fitnah-fitnah” (HR. Hakim); - “Sungguh diantara tanda kiamat adalah....maraknya kematian secara mendadak” (HR. Bukhari). - Mengenai beberapa tanda kiamat besar sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits , terdiri dari 10 tanda yaitu: Keluarnya asap tebal; Munculnya Dajjal; Munculnya binatang melata; Terbitnya matahari dari tempat terbenamnya (Barat); Turunnya ’Isa Ibnu Maryam; Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; Tiga pembenaman bumi di Timur, di Barat, dan di semenanjung Arabia; serta keluarnya api dari Yaman yang akan menghalau manusia sampai ke tempat mereka berhimpun. - ”Sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini semenjak Alloh menciptakan keturunan Adam sehingga hari kiamat tiba yang lebih besar dari fitnah Dajjal ” (HR. Muslim). Akan tetapi di tengan terjadinya berbagai gelombang fitnah akhir zaman yang sedang dan akan terjadi, terdapat kemilau harapan adanya sebuah janji dari Alloh Swt yaitu akan berjayanya kembali Islam dan umatnya guna menata kehidupan dunia ke arah yang beradab dan penuh dengan rahmatan lil ‘alamin. Di balik terjadinya berbagai fitnah itu, pada akhirnya umat Islam akan merasakan “happy ending”. Janji itu dapat kita simak dalam Al Quran Surat An Nuur (24) ayat 55 : “Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir menerangkan bahwa hal tersebut merupakan janji Alloh kepada Rasulullah Saw, bahwa Alloh akan menjadikan umat Nabi Muhammad Saw sebagai para pemimpin di muka bumi ini dan bangsa-bangsa akan tunduk kepada umat Islam. Adapun penjelasan dalam Hadits mengenai janji Alloh Swt pada umat Nabi Muhammad Saw di akhir zaman yaitu dengan dianugerahkan-Nya “kepemimpinan dan pemimpinnya”. (a) Anugerah kepemimpinan yang bersifat global Yaitu akan tegaknya kembali kekhilafahan yang berjalan di atas metode kenabian sebagaimana yang pernah terwujud pada masa Khulafaur-Rasyidin. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut : ”Adalah Masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Alloh, kemudian Alloh mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong-raja yang memaksa/diktator (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Alloh. Kemudian Alloh mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).” Kemudian beliau (Nabi) diam.” Melalui hadits tersebut kita dapat melihat sebuah Grand Design Alloh Swt berkenaan dengan periodisasi pasang surutnya sistem kepemimpinan yang terjadi di kalangan umat Islam yang berlaku sejak masa kenabian Muhammad Saw hingga akhir zaman, dimana Grand Design Alloh Swt tersebut telah, sedang dan akan berlangsung dalam 5 periode: Periode ke-I : Zaman Kenabian yang dimulai dari masa nubuwah yang berakhir dengan wafatnya Rasulullah Muhammad Saw; Periode ke-II : Zaman Khilafah Rasyidah (Khulafaur-Rasyidin: Abu Bakr ra; Umar bin Khatab ra; Utsman ra, Ali ra); Periode ke-III : Zaman kerajaan yang menggigit (mulkan ‘adldlon) yang merupakan zaman fitnah : dimulai sejak Daulah Bani Umayyah hingga berakhirnya Daulah Utsmaniyah (661 M s.d. 1924 M) Periode ke-IV : Zaman kerajaan diktator (mulkan jabbariyyah): dimulai setelah tumbangnya Daulah Ustamaniyah di Turki tahun 1924. Periode ke-V : Zaman kekhalifahan yang berjalan di atas cara hidup kenabian (Khilafah rasyidah ‘ala minhajin-nubuwah). Zaman tersebut merupakan periode terakhir yang akan dialami oleh umat Islam di akhir zaman dan setelah itu tidak ada periode sesudahnya, hal ini ditandai dengan diamnya Rasululloh Saw setelah sebelumnya menguraikan secara jelas tahapan periodisasi. Pergeseran sistem itu terus berlangsung, dimana gaya kepemimpinan yang bercorak diktator mulai ditinggalkan oleh manusia karena diangap bertolakbelakang dengan Hak Asasi Manusia (HAM) hingga pergeserannya pada sistem demokrasi yang kental dengan nilai-nilai sekuler dan liberal sebagai buah dari sistem kapitalisme yang diusung oleh Amerika dan Eropa yang saat ini diterapkan di berbagai negeri di belahan dunia. Akankah penerapan sistem demokrasi itu merupakan suatu proses dari skenario Alloh dalam mengangkat fase ke-IV yaitu mengakhirinya fase kediktatoran (mulkan jabbariyyah) sebagaimana telah disebutkan melalui hadits di atas, yang kemudian justeru akan menjadi pemicu terhadap sebuah akselerasi masa yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw mengenai tegaknya kembali sistem kekhilafahan yang berjalan di atas cara hidup kenabian? Hanya waktu saja yang akan menjawab kemudian, karena hanya Alloh Swt sajalah yang Maha Tahu kapan momentum itu akan terwujud. Dengan demikian, maka tiadalah periode lainnya yang kita tunggu saat ini selain Periode ke-V yaitu tegaknya kepemimpinan khilafah yang memerintah menurut manhaj nubuwwah yang mengamalkan dan mempopulerkan kembali sunnah Rasul dikalangan umat manusia, karena sejarah telah membuktikan bahwa 4 (empat) Periode sebelumnya yaitu: Periode Kenabian; Periode Khilafah; Periode Kerajaan yang menggigit dan Periode Kerajaan yang diktator telah berlangsung pada rentang sejarah masa lalu. Adapun yang belum terwujud adalah periode terakhir yaitu tegaknya kembali Khilafah yang berdiri di atas manhaj (sistem/jalan) kenabian. Akan tegaknya kembali sistem kekhilafahan di dunia Islam juga menjadi salah satu point penting dari prediksi yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Amerika (NIC). Hal ini terlihat pada sebuah laporan yang dirilis pada Bulan Desember 2004 oleh National Intelligent Council (NIC) yaitu sebuah Dewan Intelejen Nasional Amerika Serikat. Dalam laporan yang berjudul “Mapping the Global Future” tersebut diprediksi empat skenario Dunia pada tahun 2020: 1. Dovod Worl : “Digambarkan bahwa 15 tahun ke depan China dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia”. 2. Pax Americana: “Dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax America-nya”. 3. A New Chaliphate: “Berdirinya kembali Khalifah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai- nilai global Barat”. 4. Cycle of Fear : “ ’Munculnya lingkaran ketakutan’, dalam skenario ini respon agresif pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan yang berlaku, akibatnya akan lahir dunia ‘Orwellian’ ketika pada masa depan manusia menjadi budak bagi satu dan tiga negara otoriter”. Beralihnya kendali kepemimpinan dunia ke tangan umat Islam, menjadikan agama Islam akan tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut: “Urusan (Islam) ini benar-benar akan mencapai apa yang dicapai oleh malam dan siang (yakni seluruh dunia), dan Alloh tidak akan menyisakan sebuah rumah pun di muka bumi ini, baik rumah di kota maupun rumah di desa (penduduk nomaden), kecuali Alloh akan memasukkannya ke dalam agama ini, dengan kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Alloh memuliakan Islam dan kehinaan yang dengannya Alloh menghinakan kekafiran” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Al Hakim, Ibnu Mandah dan Ibnu Hiban). (b) Anugerah lahirnya seorang pemimpin Yaitu dengan munculnya seorang pemimpin umat Islam se-dunia yang dikenal dengan panggilan Al Mahdi : “Dari Sa’id Al Khudri ra, dari Nabi Saw berkata: ‘Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) pada saat terjadinya ikhtilaf (perpecahan) diantara sesama manusia dan terjadinya berbagai macam goncangan/bencana alam (jalajil), dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi ridho (menyukai) kepadanya, dan dia akan membagi-bagikan harta dengan ‘shihah’. Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau: ‘Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan shihah? Beliau menjawab: ‘membagi-bagikan harta diantara manusia secara merata’. Dan selanjutnya beliau bersabda, ‘Dan Alloh akan memenuhi hati umat Muhammad Saw dengan kekayaan (kepuasan) dan kelapangan karena keadilannya yang meliputi mereka, sehingga ia memerintahkan kepada seorang penyeru untuk menyeru dan berkata: ‘siapakah yang masih membutuhkan harta?’, maka tidak ada seorangpun yang berdiri meminta kecuali seorang saja. Ia berkata, ‘Saya’. Lalu Al Mahdi berkata: ‘Datanglah kamu kepada penjaga harta (bendahara), dalam satu riwayat disebut khazin, dan katakan kepadanya bahwa Al Mahdi memerintahkanmu untuk memberikan harta (uang) kepadaku.’ Kemudian bendahara itu berkata kepadanya: ‘ambillah harta (dengan cakupan kedua tangan)!’. Sehingga ketika harta itu telah berada pada dirinya maka ia menyesal. Ia berkata: ‘sungguh saya termasuk orang yang paling rakus diantara umat Muhammad Saw atau saya tidak mampu melakukan apa yang mereka lakukan dari menahan diri.’ Kemudian dia berkata: ‘saya akan kembalikan harta ini’, maka beliau (Al Mahdi) tidak menerimanya kembali, dan beliau berkata kepada orang itu: ‘sesungguhnya aku tidak akan mengambil kembali sesuatu yang telah aku berikan’, maka dia menangis dalam keadaan seperti itu. Kondisi (dimana bumi dipenuhi dengan kejujuran dan keadilan) akan terjadi selama 7, 8 atau 9 tahun, kemudian tidak ada kebaikan hidup lagi setelah itu atau dikatakan tidak ada kebaikan kehidupan setelahnya”. (HR. Ahmad; Abu Daud; Hakim; Abu Ya’la, dalam dalam Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, karya Muttaqo Al Hindi, Jilid VI, hlm. 29, juga disebutkan dalam Musnad Ahmad 3:37). Hadits di atas menjelaskan bahwa Al Mahdi sebagai Khalifatulloh yang akan memimpin umat Islam sedunia akan muncul pada akhir zaman, tepatnya pada saat kondisi terjadinya berbagai perselisihan/perpecahan dan pertikaian sengit di kalangan internal umat Islam . Kondisi kedua yaitu pada saat terjadinya berbagai macam goncangan/bencana alam. Dua kondisi tersebut, merupakan pemicu terhadap akselerasi munculnya Al-Mahdi yang kelak akan menjadi Khalifah (pemimpin) bagi umat Islam. Kondisi ikhtilaf (perpecahan) serta al-jalajil (berbagai macam goncangan/bencana alam berupa gempa bumi) sebagaimana hadits dari Sa’id Al Khudri ra di atas, maka jika dikonstelasikan dengan keadaan saat ini, sesungguhnya kedua kondisi itu benar-benar telah dan sedang kita rasakan bersama. Perselisihan di kalangan internal umat Islam sering kali terjadi, terlebih dengan munculnya berbagai aliran serta klaim yang mengaku sebagai Nabi. Belum lagi munculnya berbagai kelompok yang mengatasnamakan Islam melalui jaringan yang meng-akali sumber hukum Islam yang sebenarnya telah jelas, seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sering kali ulahnya membuat bingung umat Islam. Demikian pula halnya dengan kondisi perubahan cuaca dan alam, dimana isu gobal warming (pemanasan global) telah menjadi isu utama yang mendunia. Global warming sebagai ekses dari ulah jahat manusia yang telah merusak tatanan keteraturan ekosistem alam berimplikasi besar terhadap meningkatnya intensitas berbagai bencana alam di setiap belahan bumi dimanapun berada baik di darat, laut maupun udara. Sehingga global warming yang terjadi sekarang ini sekaligus merupakan global warning (peringatan menyeluruh) dari Sang Maha Pemilik jagat raya ini, Alloh Swt atas perilaku hamba-hamba-Nya yang telah melampaui batas dalam mengeksploitasi alam ini, terlebih berbagai sikap menentang dan menantang serta menjauhi tuntunan syari’at-Nya, sehingga bukan lagi keberkahan yang turun dari langit serta keluar dari bumi, akan tetapi malapetaka bencana yang datang terus silih berganti. “Sesungguhnya Al Mahdi adalah seorang manusia biasa yang Alloh muliakan dengan dua sifat, yaitu sifat qiyadah (kepemimpinan global, dimana beliau mampu memimpin dunia) serta sifat hakimiyah (keadilan, dimana supremasi hukum ditegakannya). Alloh memberikan kejernihan hati dan fikiran untuk terwujudnya perdamaian di muka bumi” (HR. Ahmad; Abu Daud; Hakim; Abu Ya’la, dalam Kitab ‘Muntakhob Kanzu’l-Ummal, karya Muttaqo Al Hindi, Jilid VI). “Seandainya dunia hanya tinggal sehari, Alloh pasti akan memanjangkan hari itu sampai Alloh mengutus seorang laki-laki dariku, atau dari keluargaku, yang namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku ”(HR. Ahmad dan HR. Abu Dawud dalam Sunan Abi Daud 11: 370). Berdasarkan hadits di atas, maka nama Al-Mahdi yang akan menjadi pemimpin umat Islam se dunia yaitu Muhammad bin Abdullah. Kekhawatiran orang-orang Barat non Muslim akan munculnya seorang pemimpin di kalangan umat Islam dapat kita simak dari ucapan mereka: - Seorang orientalis Inggeris bernama “Montgomery Watt” yang menulis dalam “London Time” tahun 1968 berkata: “Kalau sudah ditemui seorang pemimpin Islam yang (benar-benar) layak dan cakap dengan keislamannya, kemungkinan besar agama itu akan bangkit kembali, dan merupakan sebuah kekuatan politik yang besar di dunia ini sekali lagi” . - Mantan PM Israel, “Ben Gurion” pernah berkata: “Sesungguhnya yang paling menakutkan kami ialah kalau di dunia Islam sudah lahir seorang Muhammad baru”. Selama kepemimpinan Islam nanti, masa-masa keemasan, ketentraman dan sejahtera akan terwujud di muka bumi ini. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits berikut: - Dari Jabir bin Abdullah ra, berkata: Rasullulah Saw bersabda: "Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung "(Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39). - Diriwayatkan oleh Haritsah bin Wahab, bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda: ”Banyaklah bersedekah, karena manusia akan mengalami suatu masa yang pada saat itu seseorang berjalan membawa sedekahnya, tetapi tidak ada seorangpun yang sudi untuk menerimanya” (HR. Bukhari) - “Kemudian umatku akan dirahmati, jumlah binatang akan meningkat dan tanah akan menghasilkan berbagai buah-buahan” (Ibn Hajar al-Haythami, Al-Qawl al-Mukhtasar fi `Alamat al-Mahdi al-Muntazar, hal. 26). - "Alangkah baiknya kehidupan setelah turunnya Isa Al Masih, alangkah baiknya kehidupan setelah turunnya Isa Al Masih. Kepada langit diperkenankan (oleh Alloh) untuk menurunkan hujan. Kepada bumi diperkenankan untuk menumbuhkan tanam-tanaman. Sekiranya engkau menaburkan benih ke atas sebongkah batu, niscaya akan tumbuhlah sebuah tanaman. Pada masa itu tidak ada lagi sikap permusuhan, iri dan kebencian diantara sesama. Seorang laki-laki akan melewati seekor singa tanpa mendapat celaka sedikitpun. Seorang laki-laki akan menginjak (tanpa sengaja) seekor ular tanpa mendapat celaka sedikitpun. Pada masa itu tidak ada lagi sikap permusuhan, iri hati dan kebencian diantara sesama” (HR. Abu Bakar Al-Anbari, Ad-Dailami, Abu Sa’id An-Naqasy dan Ibu Muhib Ath-Thabari. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3919 dan Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah no. 1926). - “Setelah Ya’juj Ma’juj pergi, manusia hidup dalam kesenangan yang luar biasa dan dalam kesuburan selama 20 tahun. Sebuah delima harus dibawa oleh dua orang. Satu tandan anggur harus diangkut oleh dua orang. Mereka hidup dalam suasana seperti itu selama 10 tahun. Kemudian Alloh mengirimkan angin semerbak yang tidak membiarkan orang mukmin melainkan ia merenggut nyawanya. Setelah itu tinggallah manusia bergaul (dengan lawan jenisnya) di tempat-tempat umum seperti keledai. Akhirnya Alloh mendatangkan adzab-Nya dan kiamat, sedang perbuatan mereka adalah seperti itu ”.(HR. Al Hafidz Abu Na’im). Wallohu'alam. |
Sunday, December 21, 2008
Menyibak Kemilau Harapan di tengah Gelombang Fitnah Akhir Zaman
Labels:
Artikel Islami
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment