Wednesday, September 19, 2012
Menyikapi Dengan Bijak Terjadinya Takdir
Takdir adalah misteri kehidupan seseorang yang tidak dapat ditawar lagi, hanya bisa dijalani dengan lapang dada. Kalaupun ada upaya untuk merubah takdir dengan apa yang disebut oleh masyarakat dengan kata “diruwat” untuk membuang apes / sial, ataupun dibukakan pintu rejekinya, namun apakah benar hal itu dapat terwujud?.
Hal yang tidak dapat dipikirkan oleh manusia adalah resiko dari usaha-usaha merubah takdir tersebut. Mungkin sebelumnya kita pahami dulu sebuah prinsip alam semesta “Untuk memperoleh harus kehilangan, setelah kehilangan akan memperoleh”.
Takdir pada manusia adalah perjalanan hidup yang telah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang. Mulai dari kelahiran di keluarga yang bagaimana, bagaimana kondisi perekonomiannya, penyakit yang akan diderita, menikah dengan siapa, maupun mempunyai anak yang bagaimana, serta musibah atau penderitaan yang seperti apa.
Seorang anak tidak pernah bisa memilih orang tuanya, demikian juga orang tua tidak bisa memilih seorang anak, seperti yang dikehendaki. Semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Begitupun dengan jodoh, seolah-olah adalah kita yang memilih kepada siapa kita akan menyandarkan hidup.
Padahal bukan, kalau tidak ada perjodohan yang ditetapkan, biarpun bagaimana saling mencintai sehidup semati pun terkadang harus kandas di tengah jalan. Dan terkadang hal yang tidak dapat dinalar adalah pilihan kita itu justru menikah dengan orang yang sama sekali tidak dicintai, yang juga secara fisik sangat jauh dari dambaannya, dan bahkan dalam perkimpoiannyapun penuh dengan perseteruan dendam kesumat.
Jika sesuatu tidak ada dalam takdir kehidupan anda, maka jika dengan paksa kita membuatnya ada, sebenarnya adalah kita telah merampas hak orang lain. Karena anda telah menjadi pihak yang diuntungkan maka lain kali anda harus membayar kerugian orang lain dengan suatu penderitaan dalam bentuk yang lain. Misalnya sakit, ketidak-bahagiaan, kehilangan materi dalam bentuk lain, rumah kebakaran, kecelakaan, anak sakit, kemalingan, pokoknya semua yang memaksa anda harus mengeluarkan uang dari simpanan anda, atau yang memaksa anda untuk menderita, karena anda telah menambah dosa anda.
Sedangkan pihak yang telah anda ambil haknya, karena dia telah menderita kerugian atas perbuatan anda, maka dia akan memperoleh pahala, yang hasil kebaikan yang telah anda kumpulkan (De atau substansi putih, pahala), diberikan kepadanya. Jika pahala yang diberikan oleh anda kepada dia ini tidak dapat dia peroleh di kehidupan sekarang, maka dia akan memperolehnya di kehidupan dia selanjutnya.
Takdir sesungguhnya adalah diciptakan dari banyak sedikitnya pahala atau dosa seseorang di kehidupan sebelumnya. Seseorang yang pahalanya banyak maka ditakdirkan menjadi pejabat, kaya raya, semuanya ada. Untuk seseorang yang pahalanya sedikit atau yang dosanya banyak maka ditakdirkan baginya kehidupan yang menderita baik secara materi maupun fisik, mungkin cacat, atau sakit berkepanjangan, dan bahkan untuk mencari makanpun sangat sulit.
Terciptanya takdir adalah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan dengan seadil-adilnya. Dengan pertimbangan dari banyak sedikitnya dosa atau pahala seseorang, juga benci dendam serta hutang budi yang ingin dilakukan oleh seseorang pada orang lain di kehidupan sebelumnya. Misalnya dikehidupan anda sebelumnya telah melakukan kejahatan yang menyebabkan dia begitu dendam dan ingin membalas perbuatan anda, maka oleh Tuhan diberikanlah kesempatan bagi dia untuk membalasnya agar anda membayar dosa anda sebagai tanggung jawab anda.
Itulah kenapa terkadang dalam kehidupan sehari-hari ada seseorang yang tanpa sebab begitu membenci kita mati-matian dan berusaha untuk selalui menyakiti bagaimanapun caranya, sedang kita bahkan merasa sama sekali benar-benar tidak pernah melakukan kesalahan padanya ataupun bahkan ketemu mungkin baru sekali. Semua ini adalah kemungkinan kita telah melakukan perbuatan yang juga sangat menyakiti dia, dikehidupan sebelumnya. Sekarang giliran kita yang harus membayar rasa sakit itu oleh perbuatan dia. Dalam ajaran aliran Buddha disebut karma bergilir. Kalau dulu orang tua berujar, jika seorang anak berani kepada orang tuanya,maka kelak dikehidupan anak tersebut juga akan diperlakukan hal yang sama oleh anaknya.
Masalah hutang budi pun oleh Tuhan, diberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk membayar kebaikan yang dia telah peroleh kepada orang yang telah memberikan kebaikan tersebut. Mungkin selama ini kita belum mengerti kenapa ada orang yang begitu benci pada kita, tetapi kadang ada orang yang begitu baik dan selalu ingin menolong kita dengan sangat tulus, tanpa pamrih apapun, meskipun kita juga baru mengenal orang tersebut. Semua ini kemungkinan adalah karena kita telah memberikan kebaikan / budi kepada orang tersebut di kehidupan sebelumnya.
Dalam suatu keluarga kenapa seseorang mendapat seorang anak cacat bawaan lahir, atau kenapa seseorang menikah dengan si A dan bukan si B yang dia cintai dengan sepenuh hati, adalah karena hutang budi atau hutang karma kita sendiri di kehidupan kita sebelumnya.
Semua sebab dan alasan penentuan takdir atas diri seseorang, dilihat dari sejarah seseorang dari seluruh masa kehidupan yang telah dilalui, bukan tanpa sebab dan bukan suatu kebetulan Tuhan memberikan takdir bagus kepada si A atau takdir buruk kepada si B, itulah kenapa Tuhan disebut sebagai Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana.
Oleh sebab itu takdir yang telah diberikan kepada kita untuk dijalani, maka jalani saja dengan wajar, jika kita mempunyai keterikatan yang sangat kuat untuk mengupayakan semua keinginan dan nafsu keduniawian kita agar terwujud, salah-salah kita hanya akan menambah dosa yang baru, dan itu berarti hanya akan menmbah penderitaan yang baru pula di kehidupan kita.
Lantas kemana kelak kita akan pergi setelah kematian kita ? Bukankah dalam agama juga selalu diajarkan untuk mengumpuilkan pahala dengan banyak berbuat baik, dan menghindari perbuatan buruk? Semua ini adalah untuk bekal penentuan takdir di kehidupan kita yang akan datang. source : kisahmotivasihidup.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com
Labels:
Kisah-kisah spiritual
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment