Monday, June 4, 2012

Ternyata Boneka Dulu Bukan Mainan

Berbagi Ilmu dan Informasi Terkini - Boneka (berasal dari istilah Portugis, boneca) memang mainan menarik, tak peduli apakah namanya Barbie atau dakocan. Tapi tahukah Anda, boneka di awal masa peradaban dulu berbeda fungsi dengan boneka zaman sekarang? Saat itu boneka lebih berfungsi religius. Beberapa yang ditemukan di wilayah Prancis hingga selatan wilayah Uni Soviet (dulu) diduga asalnya dari periode Aurignacia, periode terakhir Paleolitikum (sekitar 40000 SM). Karena ujudnya perempuan, diduga mereka representasi dewi kesuburan. Boneka patung itu dikenal dengan nama Venus. Yang terkenal, Venus Willendorf, ditemukan di Willendorf, Jerman. Pada periode berikutnya, tak banyak boneka kuno ditemukan. Mungkin karena dibuat dari bahan yang mudah rusak, seperti kain atau bulu. Kalaupun masih ada, biasanya terbuat dari tulang, kayu, batu, gading, atau bahan keras lain. Misalnya yang dari Mohenjo-Daro, di S. Indus, kini Pakistan Barat. Boneka sederhana dari tahun 3000 SM itu bermaterikan tanah liat. Banyak boneka antik digali dari kuburan, seperti boneka tanah liat bakar di pekuburan Mesir. Ada kepercayaan, boneka itu akan melayani roh si mati di akhirat nanti.

Di Mesir ditemukan pula jenis yang masih amat sederhana. Boneka dari masa 3000-2000 SM itu hanya berupa selempeng papan berbentuk seperti alas sandal jepit dengan permukaan dicat pola geometris. Barangkali karena bentuk yang demikian itu ada yang menyebutnya boneka pedal. Meski ia masih dihiasi rambut panjang dari roncean manik-manik kayu atau tanah liat. Namun, agaknya boneka sejak dulu sudah menarik perhatian anak-anak. Di lingkungan suku Indian Hopi, misalnya. Meski berfungsi religius, boneka kachina mereka kadang diberikan pada anak-anak untuk mainan. Boneka juga kadang ditemukan di kubur anak-anak di Mesir.

Boneka di kuburan Yunani dan Romawi dari tahun 300 - 200 SM malah memiliki engsel, sehingga tangan-kakinya bisa digerakkan. Tidak diketahui apakah mereka berfungsi sebagai benda religius atau cuma mainan. Berbagai budaya ternyata meninggalkan catatan unik tentang boneka. Gadis-gadis Yunani menjelang menikah meninggalkan bonekanya di altar Artemis, Dewi Kesuburan, untuk menunjukkan mereka telah membuang kebiasaan yang kekanak-kanakan. Gadis Syria yang siap menikah menggantung boneka di jendela rumah. Di Afrika Selatan, antara Mfengu dan negara bagian Orange Free, calon pengantin mendapat boneka yang harus disimpan agar cepat punya anak. Setalah anak pertama lahir, ia menerima boneka lagi untuk "memancing" anak kedua.

Namun, di Abad Pertengahan (400 - 1500), sedikit sekali catatan mengenai boneka yang ditemukan; hanyalah boneka kain di pekuburan Koptik di Akhmim, Mesir, dari tahun 500-600-an. Dulu boneka untuk orang dewasa dan anak-anak sama bentuk dan dandanannya. Ini karena kala itu anak-anak masih dianggap sekadar "miniatur" orang dewasa. Ia diharapkan sudah bersikap sebagaimana orang dewasa. Baru di tahun 1700-an, boneka khusus untuk mainan anak-anak muncul. Pastilah sejalan dengan apresiasi masyarakat terhadap jiwa kanak-kanak yang khas. Belakangan, muncul pula boneka bayi yang "lahir" tahun 1850.

Kemajuan mekanis yang membuat boneka semakin hidup diawali oleh temuan-temuan abad XIX. Mata merem melek dengan bantuan kawat ditemukan tahun 1810. Boneka bisa mengucap "mama papa" di tahun 1830. Bahkan tahun 1889, Thomas A. Edison membuat boneka yang bisa "menyanyi" karena dilengkapi gramofon mini. Tahun 1862, boneka mulai bisa berjalan, meski terus disempurnakan hingga tahun 1950-an. Bahannya pun beragam, mulai dari kayu, porselin, lilin, kertas, hingga muncul boneka plastik tahun 1940-an.

Kalau berminat meniti kembali perjalanan sahabat kecil kita ini, museum bonekalah tempatnya. Di sana dipamerkan berbagai jenis boneka yang pernah ada di muka bumi. Yang terkenal antara lain, Bethnal Green Museum di London dan Musee Carnavalet di Paris. Jangan lupakan pula Museum Nasional Jerman di Nurnberg dan Museum Mainan Jerman di Sonneberg. Maklumlah, kedua kota itu punya sejarah sebagai pusat pembuat boneka.

source : intisari-online.com

No comments:

Post a Comment