Sunday, September 25, 2011

Disleksia: Penyebab Masalah Belajar Pada Anak

      Setiap anak-anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memproses informasi dan pelajaran. Ada yang bisa memproses dengan mudah, dan ada yang mengalami masalah yang mungkin cukup besar untuk dilaluinya di sekolah formal yang umum. Masalah-masalah yang terjadi tersebut sering kali tidak disadari oleh orang tua maupun guru-guru mereka di sekolah. Disleksia adalah salah satunya.

Pengertian Disleksia
      Banyak yang tidak mengerti atau bahkan belum mengenal apa itu Disleksia. Baiklah, kita mulai dari definisinya Disleksia (Inggtis: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.
      Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
      Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.
      Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
      Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Tipe Disleksia
      Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsiaDevelopmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima. (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).

Masalah yang dialami Penderita Disleksia 
      Penderita Disleksia mengalami berbagai macam masalah yang dialaminya. Seperti, susah berkonsentrasi dalam belajar, daya ingat yang cenderung pendek (cepat lupa dengan instruksi yang diberikan), tidak bisa mengikuti prosedur dalam pengorganisasian, misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. 
      Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau huruf.
Secara lebih detail, seperti dikutip dari www.dyslexia-indonesia.org, penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-masalah, seperti :
  1. Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
  2. Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
  3. Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
  4. Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
  5. Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).
      Pada orang yang mengalami dyslexia, maka kata-kata yang sederhana pun akan menjadi susah untuk dibaca, bahkan bila dilihat beberapa kali. Kata-kata yang terlihat juga dapat bercampur dengan kata-kata lain atau menjadi keliru dibaca, misalnya saja kata “nakal” menjadi “kanal” atau “dia” menjadi “adi”, dan huruf-huruf menjadi satu seperti tidak ada spasi. Berikut contoh kalimat yang mungkin dilihat oleh penderita dyslexia :
Kat akata tid akter pis ahse carat epat

       Bagi yang mengalami dyslexia, kadang susah untuk mengingat sesuatu yang mereka baca, kadang akan menjadi lebih mudah bagi mereka untuk mengingat apabila informasi tersebut dibacakan & didengar oleh mereka.

Penyebab Disleksia
     Ada beberapa tipe dyslexia yang dapat mempengaruhi kemampuan mengeja & membaca beserta penyebabnya, seperti berikut ini yang medicastore ambil dari medicinenet.com .
  • Trauma dyslexia
    Biasanya terjadi akibat adanya trauma atau luka pada bagian otak yang mengontrol cara untuk membaca & menulis.
  • Dyslexia primer
    Dyslexia ini disebabkan karena tidak berfungsinya bagian otak kiri (cerebral cortex) & tidak berubah karena usia. Orang yang mengalami jenis dyslexia ini sangat jarang bisa membaca dengan lancar, bahkan hingga dewasa. Dyslexia primer ini dapat diturunkan secara genetik & biasanya lebih banyak dialami oleh pria daripada wanita.
  • Dyslexia sekunder
    Dyslexia jenis ini disebabkan oleh pembentukan hormon yang kurang sempurna pada saat perkembangan awal janin. Dyslexia sekunder ini akan menghilang seiring bertambahnya usia anak, serta lebih sering terjadi juga pada anak laki-laki.
Tokoh-Tokoh Terkenal yang Mengalami Disleksia

        Anak-anak Disleksia bukanlah anak-anak yang bodoh dan tidak mampu bersaing. Banyak anak-anak Disleksia yang mampu memjadi sangat terkenal, bahkan para penemu-penemu terkenal di dunia juga merupakan penderita Disleksia. Berikut Tokoh-tokoh terkenal  dunia yang mengalami Disleksia.
  1. Albert Einstein -
    Dia tidak bisa berbicara sampai usia empat. Dia tidak bisa membaca sampai ia berusia sembilan tahun.  Gurunya menganggapnya lambat, tidak ramah dan pemimpi. Ia gagal dalam ujian masuk ke perguruan tinggi tapi akhirnya lulus setelah tahun tambahan persiapan. Dia kehilangan tiga posisi pengajaran dan kemudian menjadi seorang pegawai patena. Namus sekarang dia dikenal dengan orang ter-Jenius di dunia dengan Teori Relativitas nya. 
  2. Walt Disney -
    Dia dipecat dari Kansas City New Paper karena dianggap tidak kreatif, dan dia dicap sebagai anak yang lamban. Namun sekarang dia dikenal sebagai pendiri The Walt Disney Company.
  3. Thomas Alfa Edison -
    Dia dicap sakit jiwa oleh gurunya. Kemudian dia diajar sendiri oleh Ibu nya. Sekarang dia terkenal sebagai penemu Bola Lampu yang menjadi sangat berharga bagi peradaban manusia.
  4. Woodrow Wilson -
    Ia mengalami masalah besar dalam membaca, bahkan kenyataannya, dia tidak bisa membaca seumur hidupnya. Meskipun begitu, dia sangat sukses dalam karir Politiknya.
  5. Tom Cruise -
    Dia sangan sukses dalam karir di dunia hiburan meskipun dia belajar hanya dengan mendengarkan rekaman atau tape.

Masih banyak lagi penderita Disleksia yang menjadi terkenal dan sukses dalam karir nya dan tidak terhitung jumlahnya.

Cara Mengetahui Disleksia Pada Anak
       Kita dapat menegtahui apakah anak tersebut mengalamai Disleksia dengan melihat ciri-cirinya, sebagai berikut (ambil dari kidshealth.org) :
  • Kemampuan membaca yang buruk, meskipun memiliki kepintaran yang normal.
  • Kemampuan mengeja & menulis yang buruk.
  • Mengalami kesulitan untuk menyelesakan tugas atau tes sesuai batas waktunya.
  • Mengalami kesulitan untuk mengingat nama suatu benda.
  • Mengalami kesulitan untuk mengingat daftar tulisan atau nomor telepon.
  • Mengalami kesulitan dalam menentukan arah atau membaca peta.
Jika ada seseorang yang mengalami masalah-masalah tersebut di atas, bukan berarti ia menderita dyslexia. Tetapi sebaiknya dilakukan tes untuk mengetahui kondisinya. Suatu pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah medis, termasuk tes pendengaran & penglihatan. Kemudian psikolog sekolah atau orang yang ahli mengenai pembelajaran dapat memberikan tes terstandar untuk mengukur kemampuan berbicara, membaca, mengeja & menulis.

Cara Penaganan Disleksia
      Di situs mayoclinic.com menyediakan beberapa penangan terhadap anak disleksia, sebagai berikut :
  • Selalu berikan dukungan pada anak. Memiliki dyslexia atau gangguan kesulitan belajar lainnya dapat membuat anak menjadi rendah diri. Berikan selalu dukungan & cinta untuk mendukung setiap kemampuannya.
  • Bicarakan dengan anak. Beritahukan kepada anak apa yang dimaksud dengan dyslexia, bahwa hal tersebut bukanlah suatu kesalahannya. Dengan membantu anak memahami hal tersebut, maka ia akan menjadi lebih mudah untuk mengatasi hal tersebut.
  • Buatlah keadaan rumah menjadi tempat belajar yang mudah untuk anak. Sediakan ruangan yang sepi & terorganisasi sebagai tempat belajar anak. Atur jadwal belajar yang nyaman & berikan dukungan dari seluruh anggota keluarga untuk membantu proses belajar anak.
  • Kerjasama dengan sekolah tempat anak belajar. Sering berkomunikasi dengan guru di sekolahnya untuk memastikan anak tidak tertinggal pelajarnya, bila memungkinkan minta rekaman/salinan bahan pelajaran hari itu untuk dipelajari nanti sepulang sekolah atau les khusus untuk membantunya belajar.
Penutup

      Disleksia memang merupakan hambatan bagi anak dalam menerima pelajaran di sekolah formal. Tetapi, Disleksia bukan merupakan orang yang bodoh. Anak penyandang Disleksia memiliki kemampuan yang luar biasa yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang karena terhalang oleh sistem pendidikan yang sebenarnya tidak cocok dengan anak penyandang Disleksia.      Sebenarnya anak Disleksia memiliki kemampuan berfikir yang imajinatif, yang bahkan tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Mereka mampu membayangkan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan oleh orang lain. Seperti, melukis dengan memadukan warna-warna dengan berani.
      Jadi, anak Disleksia merupakan anak yang memiliki kemampuan yang luar biasa asalkan mereka bisa mendapatkan tempat untuk menyalurkan kemampuan mereka.

Sumber :

No comments:

Post a Comment