Perubahan Bahasa
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya itu direvisi, kaidahnya menghilang, atau munculnya kaidah baru dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Pada bahasa-bahasa yang sudah mempunyai sejarah panjang tentu perubahan-perubahan itu sudah terjadi berangsur dan bertahap. Di sini karena tujuan kita bukan untuk membicarakan perubahan itu secara terperinci, melainkann hanya untuk menunjukan adanya bukti perubahan, maka hanya akan dibicararakan adanya perubahan itu dalam satu tingkat saja, tanpa memperhatikan kapan perubahan itu terjadi.
1) Perubahan Fonologi
Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa penambahan fonem. Bahasa inggris kuno dan pertengahan tidak mengenal fonem /z/. lalu ketika terserap kata-kata seperti azure, measure, rouge dari bahasa prancis, maka fonem /z/ tersebut ditambahkan dalam khazanah fonem bahasa inggris. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa indonesiapun dapat kita lihat. Sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /s/ belum dimasukan dalam khazanah fonem bahasa Indonesia ; tetapi kini ketiga fonem itu telah menjadi bagian khazanah bahasa Indonesia . Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel, yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola silabel dalam bahasa Indonesia .
2) Perubahan Morfologi
Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologin yakni dalam proses pembentukan kata. Umpamanya, dalam bahasa Indonesia ada proses penasalan dalam proses pembentukan kata dengan prifeks me- da pe-. Kaidahnya adalah: (1) apabila kedua prifeks itu diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /I/, /r/, /w/, dan /y/ tidak terjadi penasalan; (2) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal /na/; (3) kalau diimbuhkan pada kata yanmg dimulai denga konsonan /d/ dan /t/ diberi nasal /n/; (4) kalai diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /s/ diberi nasal /ny/; dan bila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vocal diberi nasal /ng/.
3) Perubahan Sintaksis
Perubahan kaidah sintaksis dalam bahasa Indonesia juga dapat kita saksikan. Umpamanya, menurut kaidah sintaksis yangberlaku sebuah kalimat aktif transitif harus selalu mempunyai objek; atau dengan rumusan lain, setiap kata kerja aktif transitif harus selalu diikuti oleh objek. Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif banyak yang tidak dilengkapi objek, seperti:
- Reporter anda melaporkan dari tempat kejadian.
- Pertunjukan itu sangat mengecewakan.
- Sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya.
- Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
- Kakek sudah makan, tetapi belum minum.
4) Perubahan Kosakata
Perubahan bahasa yang paling mudah terlihat adalah pada bidang kosakata. Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakatanya baru, hilangnya kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa inggris yang diperkirakan memiliki lebih dari 60.000 kosakata adalah “berkat” penambahan kata-kata baru dari berbagai sumber bahasa lain, yang telah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Sedangkan bahasa Indonesia yang kabarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki sekitar 65.000 kosakata (dalam kamus poerwadarminta hanya terdapat 23.000 kosakata) adalah juga berkat tambahan berbagai sumber, termasuk bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa nusantara.
5) Perubahan Semantik
Perubahan semantik yang umumnya adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit. Perubahan yang bersifat total, maksudnya, kalau pada waktu dulu kata itu, mialnya, bermakna ‘A’, maka kini atau kemudian menjadi bermakna ‘B’.
Perubahan makna yang sifatnya meluas (broadening), maksudnya dulu kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi kini memiliki lebih dari satu makna. Dalam bahasa inggris kata holiday asalnya hanya bermakna ‘hari sucu (yang berkenaan dengan agama)’, tetapi kini bertambah dengan makna ‘hari libur’,.
Perubahan makna yang menyempit, artinya kalau pada umumya kata itu memiliki makna yang luas, tetapi kini menjadi lebih sempit maknanya. Umpamanya, kata sarjana dalam bahasa Indonesia pada mulanya bermakna ‘orang cerdik pandai’, tetapi kini hanya bermakna ‘orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi’.
Pergeseran Bahasa
Pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur kain. Kalau seorang atau sekelompokorang penutur pindah ke tempat lain yang menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadilah pergeseran bahasa ini.
Pemertahanan Bahasa
Dari pembicaraan di atas dapat disaksikan bahwa penggunaan B1 oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurun akibat adanya B2 yang mempunyai fungsi yang lbih superior. Dalam kasus yang dilaporkan Danie (1987) kita lihat menurunnya pemakaian beberapa bahasa daerah di Minahasa Timur adalah karena pengaruh penggunaan bahasa melayu manado yang mempunyai prestise yang lebih tinggi dan penggunaan bahasa Indonesia yang jangkauan pemakaiannya bersifat nasional. Namun, adakalanya penggunaan B1 yang jumlah penutur-penuturnya tidak banyak dapat bertahan terhadap pengaruh penggunaan B2 yang lebih dominant.
No comments:
Post a Comment