Dalam artikel terbaru di jurnal Science Psikological, psikolog Jerman telah memberikan argumen yang menunjukkan kenapa liburan merusak hubungan banyak pasangan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko konflik dalam keluarga.
Para ilmuwan telah melakukan survei di antara beberapa ribu pasangan di Eropa dan menarik kesimpulan bahwa 68,4 persen orang yang ditandai dengan agresi meningkat selama periode liburan panjang. Demikian yang disitat dari Genius Beauty, Selasa (15/3/2011).
Lantas, apa penyebab konflik saat liburan?
Menurut survei tersebut, konflik disebabkan oleh beberapa faktor. Yaitu, harapan meningkat (banyak peserta penelitian menunjukkan bahwa mereka mengharapkan liburan jika tidak mendapat keajaiban, setidaknya resolusi terhadap beberapa masalah, yang sering kali dihubungkan dengan pasangan mereka); ketidakpuasan dengan hadiah yang diterima; kelelahan dari aktivitas pra-liburan yang berlebihan; kebutuhan mendadak untuk menghabiskan waktu lebih banyak bersama dibandingkan pada hari kerja.
Tetapi menurut penulis studi, mereka adalah katalis yang paling sering untuk melakukan pertengkaran bergairah antara kasih sayang, dan kedekatan.
Bagaimana mengatasi konflik
Menghadapi masalah tersebut, psikolog memberikan beberapa tip bermanfaat tentang cara menetralisir konflik selama liburan.
Misalnya, mereka merekomendasikan bahwa pasangan seharusnya ingat bahwa liburan memerlukan hal positif dan suasana tenang. Oleh karena itu, cara terbaik adalah dengan menunda pertengkaran tersebut.
Jika sudah terlanjur terjadi, orang tidak boleh menyalahkan pasangan, tetapi mengakui secara terbuka bahwa diri sendiri juga bersalah sehingga tidak ada hal yang tergesa-gesa untuk direkonsiliasi. Kedua sisi konflik akan membutuhkan beberapa waktu untuk menenangkan diri dan merenungkan apa yang telah terjadi.
Dan saran terbaik dari para psikolog bukan untuk membahas konflik di meja bersama pasangan, namun mencoba untuk mengalahkan pasangan di depan umum.
www.forum-buku.blogspot.com
No comments:
Post a Comment