Pada film The Matrix, diceritakan bahwa manusia pada suatu masa berperang dengan para robot ciptaan mereka sendiri yang berkembang menjadi terlalu pintar. Untuk mengakhiri perang, manusia menembakan asap gelap diangkasa agar para robot tak bisa lagi hidup dengan mengandalkan tenaga surya. Tapi pada akhirnya para robot tetap lebih superior, dan ras manusia yang kalah perang, dijadikan sumber energi para robot dengan diternakan di rak-rak kapsul bertingkat untuk disedot bio energi dan panas tubuhnya. Agar manusia-manusia ini tak memberontak, dibuatlah sebuah program simulasi The Matrix yang akan membuat manusia terus hidup terlena di dunia maya. Konsep serupa seperti cerita diatas kini telah diambil oleh seorang mahasiswa arsitektur bernama André Ford, tapi untungnya yang menjadi korban kali ini bukan kita, melainkan ayam.
Dalam proposalnya, ia mengajukan sistem peternakan baru dimana para ayam ini diternakan di sebuah rangka vertikal, lengkap dengan berbagai peritil-peritil futuristik seperti kabel dan selang agar ayam-ayam tersebut tetap hidup seadanya hingga mereka besar dan menjadi menu hidangan utama di meja makan kita. Hal ini bagi Ford, penting dilakukan agar manusia tak membutuhkan banyak ruang untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang semakin mendesak.
Terlepas dari 'kejam'nya ide tersebut, terutama bagi para ayam, ada dua masalah yang bakal dihadapi oleh proyek Ford. Pertama, timbulnya pemberontakan para ayam. Maksud kami disini, bukan semacam pemberontakan kaum reformis di Mesir, melainkan reaksi pemberontakan alami para ayam. Karena tentu saja tak ada ayam yang suka gaya hidup mereka selama ini digantikan dengan gaya hidup ala jemuran; digantung dan seumur hidup hanya makan dari selang khusus. Lalu bagaimana solusinya agar ayam-ayam ini bersedia hidup bagaikan mayat hidup tanpa melakukan perlawanan? Karena membuat dunia mimpi ala The Matrix versi ayam rasanya terlalu mustahil, maka mereka mengusulkan metode yang paling mungkin untuk saat ini: Mencabut organ Cerebral Cortex para ayam.
Cerebral Cortex adalah kumpulan jaringan saraf yang beperan besar dalam hal memproses memori, perasaan, pikiran, bahasa dan kesadaran mahluk hidup. Jika organ ini diambil dari seekor ayam, tentu kita bisa menduga bagaimana nasib ayam itu selanjutnya. Kejam? Bagi kita jelas iya, tapi bagi Ford, ada dua hal yang membuat hal ini penting: Pertama kebutuhan manusia akan daging yang terus meningkat, dan kedua, agar ayam-ayam ini lebih 'sejahtera' dengan hidup tanpa kemampuan untuk merasakan beban mereka di masa depan (disembelih untuk kita-kita).
Dengan cerebral cortex dicabut, maka tinggal satu lagi tantangan yang tersisa, yaitu perkembangan otot pada ayam. Untuk masalah ini, Ford memberikan solusi sementara dengan menggunakan kejutan listrik pada ayam-ayam itu.
Jika kamu mulai menilai Ford sebagai mahasiswa tergila dengan idenya tersebut, maka kamu salah. Ide yang mirip seperti ini pernah dikemukakan oleh seorang ahli filsafat dari Pudue University bernama Paul Thompson. Sekitar 1 dekade yang lalu, ia mengeluarkan sebuah ide agar ayam-ayam ternak diringankan penderitaan hidupnya dengan cara dibutakan. Lho, Jadi buta = penderitaan hidup lebih ringan? Emh. Ok, saya memang seringkali tak mengerti dengan pola pikir para ahli filsafat. Pokoknya, menurut pria ini, ayam yang buta tak akan merasa pusing apabila ditempatkan pada sebuah kandang yang sempit dan sumpek. Jadi kita bisa menempatkan jumlah ayam lebih banyak dalam satu tempat.
Nah, menurut kamu sendiri bagaimana? Apakah praktek-praktek seperti ini penting bagi ketahanan pangan manusia, atau terdengar terlalu tak berperasaan?
No comments:
Post a Comment