Tahun Baru Imlek adalah hari raya yang paling ramai di Tiongkok. Pada hari Chuxi atau malam menjelang Tahun Baru Imlek, anggota sekeluarga biasanya berkumpul dan makan pangsit. Setelah makan pangsit, orang tidak boleh tidur dan harus menunggu dan menyambut kedatangan Dewa Rejeki.
Dewa Rejeki sebenarnya adalah gambar yang dicetak kasar di kertas merah, bagian tengahnya adalah gambar Dewa Rejeki yang dilukiskan dengan garis emas, di sebelah kiri dan kanannya tertulis kumplet dengan kata-kata mujur. Untuk " mengantar Dewa Rejeki ", biasanya orang-orang miskin atau tukang kaki lima akan memborong gambar Dewa Rejeki, kemudian dijual dari keluarga ke keluarga lainnya, sambil berteriak : "mengantar Dewa Rejeki loh..".
Tuan rumah mutlak tidak boleh menolak, tapi dengan sopan mengatakan bahwa "merepotkan..silakan masuk ". Anda boleh membeli selembar gambar Dewa Rejeki dengan harga beberapa koin perunggu saja, bagi keluarga miskin, Anda boleh juga menukar selembar Dewa Rejeki dengan satu bakpao yang berisi kacang saja. Pada malam hari menjelang Tahun Baru Imlek, kadang-kadang sesuatu keluarga bisa menerima puluhan Dewa Rejeki, yang berarti "Dewa Rejeki masuk, kemakmuran datang ".
Setelah menerima Dewa Rejeki, Anda harus mempersembahkannya. Pada Tahun Baru Imlek, cara sembahyangnya berbeda pula di daerah yang berbeda. Di daerah bagian utara Tiongkok, orang harus memajang gambar Dewa Rejeki, membakar dupa serta menyediakan sesajen, dan gambar Dewa Rejeki akan dibakar pada tanggal 2 bulan 2 kalender Imlek, upacaranya cukup meriah dan ramai.
Namun di daerah bagian selatan Tiongkok, barang sesajen kepada Dewa Rejeki cukup banyak, biasanya terbagi di tiga meja. Meja pertama disediakan buah-buahan, khususnya jeruk, meja kedua disajikan dengan kue-kue dan meja ketiga yaitu meja utama disajikan kepala babi, ayam, bebek dan iklan yang lengkap. Pada upacara sembahyang, tuan rumah membakar dupa dan bertulut di depan Dewa Rejeki.
Tuan rumah mutlak tidak boleh menolak, tapi dengan sopan mengatakan bahwa "merepotkan..silakan masuk ". Anda boleh membeli selembar gambar Dewa Rejeki dengan harga beberapa koin perunggu saja, bagi keluarga miskin, Anda boleh juga menukar selembar Dewa Rejeki dengan satu bakpao yang berisi kacang saja. Pada malam hari menjelang Tahun Baru Imlek, kadang-kadang sesuatu keluarga bisa menerima puluhan Dewa Rejeki, yang berarti "Dewa Rejeki masuk, kemakmuran datang ".
Setelah menerima Dewa Rejeki, Anda harus mempersembahkannya. Pada Tahun Baru Imlek, cara sembahyangnya berbeda pula di daerah yang berbeda. Di daerah bagian utara Tiongkok, orang harus memajang gambar Dewa Rejeki, membakar dupa serta menyediakan sesajen, dan gambar Dewa Rejeki akan dibakar pada tanggal 2 bulan 2 kalender Imlek, upacaranya cukup meriah dan ramai.
Namun di daerah bagian selatan Tiongkok, barang sesajen kepada Dewa Rejeki cukup banyak, biasanya terbagi di tiga meja. Meja pertama disediakan buah-buahan, khususnya jeruk, meja kedua disajikan dengan kue-kue dan meja ketiga yaitu meja utama disajikan kepala babi, ayam, bebek dan iklan yang lengkap. Pada upacara sembahyang, tuan rumah membakar dupa dan bertulut di depan Dewa Rejeki.
Asal usulnya Dewa Rejeki kini sudah sulit ditelusuri, Dewa yang disembahyangkan sebagai Dewa Rejeki juga berbeda-beda. Dewa Rejeki, biasanya dianggap sebagai "Dewa Rejeki Utama", yakin Zhao Gongming, "Dewa Rejeki Sipil", Bi Gan dan "Dewa Rejeki Perwira" Guang Gong.
Zhao Gongming, Dewa Rejeki yang paling banyak disembahyangkan karena dianggap paling berpengaruh dan cukup hebat, dia bisa mengubah dirinya dalam berbagai bentuk dan mampu mengontrol hujan dan angin, menghapuskan epidemi dan menyelamatkan manusia dari bencana. Maka disebut juga sebagai "Marsekal Paling Berprestasi".
source : kisahmotivasihidup.blogspot.comZhao Gongming, Dewa Rejeki yang paling banyak disembahyangkan karena dianggap paling berpengaruh dan cukup hebat, dia bisa mengubah dirinya dalam berbagai bentuk dan mampu mengontrol hujan dan angin, menghapuskan epidemi dan menyelamatkan manusia dari bencana. Maka disebut juga sebagai "Marsekal Paling Berprestasi".
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment