Dia adalah seorang syaikh, imam para ulama, ahli Hadits, Imam Nahwu, dia adalah Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Ahmad Al Baghdadi bin Al Khasysyab, dialah pencetus matsal dalam bahasa arab sampai dikatakan bahwa dirinya sederajat dengan Ali Al Farisi.
Pada masanya dia unggul dalam Ilmu bahasa, dia telah menulis banyak karya dengan indah dan baik, mempunyai pendengaran yang baik hingga dia sering membacakan untuk temannya. Dia memiliki sejumlah karya yang tidak terhitung yang telah menelurkan banyak ahli Nahwu.
As-Sam’ani berkata, “Dia seorang pemuda yang sempurna dan unggul. Mempunyai pengetahuan yang sempurna dalam adab, bahasa, nahwu dan ilmu hadits. Membaca hadits dengan baik, benar, cepat dan dapat dipahami dan didengarkan oleh banyak orang. Dia telah menguasai kaidah-kaidah dasar dari berbagai segi yang sulit. Aku banyak mendengar bacaannya, dia sangat gemar membaca sepanjang hari tanpa makan.”
Aku mendengar Abu Syuja’ Al Basthami berkata, “Ali bin Al Khasysyab membaca kitab Gharib Al Hadits karya Abu Muhammad Al Qutabi dengan baik dan benar yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Ketika berada di tengah-tengah kelompok para ahli mereka hendak mencari-cari kesalahannya dalam membaca namun mereka tidak mampu. Dia seorang yang humoris.”
Dikatakan bahwa suatu ketika dibacakan kepadanya dua buah syair, ketika baru mendengar satu syair, dia berkata, “Syairmu lebih buruk dari yang itu.” Penyair tersebut heran dan berkata kepadanya, “Bagaimana engkau bisa menilai demikian padahal engkau belum mendengar yang satu lagi?” Dia menjawab, “Karena yang ini tidak lebih buruk dari yang itu.”
Suatu saat dia mengatakan kepada seseorang, “Ada apa dengan dirimu?” Orang tersebut menjawab, “Pikiranku sedang kacau,” dia berkata, “Jika kamu tidak guncangkan pikiranmu itu ia tidak akan mencederaimu.”
Hamzah bin Al Qubbaithi berkata, “Ibnu Al Khasysyab seorang yang gemar memakai serban dalam waktu lama hingga terlihat menghitam dan kotor yang di atasnya terdapat kotoran burung.
Ibnu Al Akhdar berkata, “Ibnu Al Khasysyab diketahui tidak pernah menikah dan tidak pula menggundik. Dia terlihat kotor, minum dengan gelas pecah, kami menjenguknya ketika dia jatuh sakit. Kami menemukannya dalam keadaan buruk maka Qadhi Abu Al Qasim bin Al Fira’ memindahkannya ke rumahnya, memberinya pakaian bersih, menghidanginya dengan makanan dan minuman. Kami lihat ketika kitab-kitabnya dirapikan kembali berserakan, anak penjual rempah banyak menjual bukunya sampai tersisa sepersepuluh saja yang ditinggal di Rabath Al Ma’muniah.”
Ibnu An-Najjar berkata, “Dia seorang yang bakhil dan tidak punya malu, bermain catur di pinggir jalan, terkadang berperilaku layaknya tukang sulap sambil bercanda. Dia menulis kitab untuk membantah karya Al Hariri dalam kitab Maqaamaatahu, mensyarah kitab Al-Luma’ dan menulis kitab untuk membantah Abu Zakaria At-Tabrizi.
Al Qifthi berkata, “Penjelasannya lebih baik dari tulisannya yang kerap tidak sempurna.”
Ibnu An-Najjar berkata, “Aku mendengar Al Mubarak bin Al Mubarak An-Nahwi berkata, ‘Jika Ibnu Al Khasysyab tertarik pada sebuah kitab, dia mengambil dan membacanya, mengikat kertasnya lalu berkata, kitab ini terpisah-pisah, dan dibelilah kitab tersebut dengan harga murah’.”
Aku katakan, “Andai saja dia bertobat” Abdullah bin Abu Al Faraj Al Jubba`i pernah berkata, “Aku pernah bermimpi bertemu Ibnu Al Khasysyab berpakaian putih dengan wajah bersinar-sinar, aku lantas bertanya, Apa yang telah Allah perbuat atas dirimu? Dia menjawab, ‘Dia telah mengampuniku dan memasukkanku ke dalam surga, tetapi Allah menghalangiku dan sebagian besar dari para ulama yang tidak beramal.
Dia meninggal pada tahun 567.
source : cara-global.blogspot.comrepost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment