Alkisah suatu hari, di sebuah padang gersang, tampaklah beberapa binatang sedang melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Meskipun matahari bersinar cukup terik, mereka tetap bekerja dengan giatnya.
Tidak terkecuali serombongan semut yang sedang bergotong royong mengumpulkan makanan, dan seperti dikisahkan dalam cerita-cerita lain yang lebih tersohor, semut digambarkan sebagai sosok yang kuat, kompak, budiman, santun, dan segala-galanya tentang sifat-sifat baik.
Adalah seekor semut yang ditugaskan mencari makanan untuk kelompoknya. Hanya sendirian, seekor semut tersebut berkeluaran, memanfaatkan antenanya untuk mencoba menemukan sesuatu yang bisa dikelompokkan sebagai makanan.
Di tempat itu pula, terdapat hewan undur-undur yang sedang berjemur menikmati cerahnya hari ini. Meskipun undur-undur adalah pemangsa semut, namun untuk hari ini, undur-undur lebih senang bermalas-malasan.
Dan ketika seekor semut tersebut melintas di sekitar undur-undur, maka terjadilah percakapan antara semut dan undur-undur:
“hai semut, kenapa kau tidak takut akan diriku? Bukankah aku pemangsamu? Tanya undur-undur membuka pembicaraan.
Lalu semut menjawab dengan lantang “halah, kamu ini, kenapa aku harus takut sama kamu? Jumlah kami kan banyak, sedangkan kalian hanya menjebak kami melalui rumah-rumah kalian yang licin itu.. ketika kalian sedang berjemur di luar rumah begini, apalah artinya kalian buat kami?”
Lalu undur-undur pun tersenyum, lalu menjawab “ya, setidaknya kami tidak rakus seperti kalian, kami hanya makan seperlunya, sesuai kebutuhan kami, bukannya menumpuk makanan, kasihan kan hewan lain jadi gak kebagian”
Semut lalu berkata lagi “ha ha.. udah jelek masih bisa ngelak aja kamu.. lihat tubuh kalian, jelek sekali seperti tanah, kalian tidak bisa dibedakan dengan tanah di sekitar kalian, belum lagi cara jalan kalian, di mana-mana, yang namanya hewan itu jalannya maju.. lha khusus kamu kok jalannya mundur.. dasar hewan yang aneh..”
Undur-undur lalu menjawab lagi.. “kami bersyukur kok memiliki badan seperti ini. Jika kau bilang bahwa tanah itu jelek, trus kalian itu berpijak pada apa? Terbang? Ha ha ha.. Tuhan menciptakan makhluknya dengan berbagai kondisi, apapun yang diberikan Tuhan kepada kita, patut kita syukuri”
Dan dengan congkaknya semut pun membalas pembicaraan dengan mengunggulkan keuanggulan –keuanggulan semut, seperti yang diceritakan manusia, anehnya si undur-undur selalu bisa menjawabnya dengan bijaksana.
Dan di tengah pembicaraan yang sengit tersebut, tiba-tiba sekonyong-konyong muncullah seekor burung pemakan serangga. Dengan matanya yang awas, ketika melintas di atas semut dan undur-undur yang sedang berdebat, burung tersebut tiba-tiba menukik. Target serangga di bawah sudah terkunci dalam mata dan benak si bburung.. yah, semutlah target itu, dan dengan mudah dimangsalah semut tersebut.
Ternyata burung tersebut belumlah kenyang hanya makan seekor semut, dengan sedikit manufer dan tukikan tajam, si burung mengincar si undur-undur untuk dijadikan mangsa. Tukikan tajam kea rah burung sebagai serangan pertama tidaklah terelakkan.. dengan kecepatan tinggi, paruh burung tersebut memburu satu titik yaitu undur-undur. Lalu memperhitungkan, dan melakukan antisipasi, jika si undur-undur akan melarikan diri.. dan ketika paruh burung tersebut hampir mengenai si undur-undur, di luar dugaan, tidak seperti si semut yang menghidar ke arah depan, si undur-undur melakukan gerakan melarikan diri dengan bergerak ke arah belakang. Terkejutlah si burung atas gerakan tadi, sehingga tidak sanggup melakukan antisipasi di luar rencana. Lalu loloslah si undur-undur dan bersembunyi dalam rumah kecilnya.
Si undur-undur selamat berkat kekurangannya seperti yang diutarakan alm. Semut.
sumber: http://morintika.wordpress.com/source : imampriestian.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment