Kemarin malam, hujan mengguyur kota Bogor, diselingi petir yang suaranya membuat sport jantung alias bikin kaget. Malam itu perut saya dan istri terasa lapar, sementara di rumah nggak ada makanan mateng. Mau masak, mati lampu pula. Untuk keluar cari makan juga malas. Maunya sih, makan yang anget2. Eh, kebetulan ada suara "ting, ting, ting...". Nah, yang kaya gini nih biasanya tukang jualan makanan. Buru-buru deh saya buka pintu dan menajamkan mata di kegelapan malam untuk melihat sosok yang lewat di depan rumah (hehe.. bahasanya kayak di cerita apa ya??). Tapi apa daya, mata ini tak juga mampu menangkap jenis makanan apa yang lewat, yang kelihatan cuma gerobaknya doang yang gelap. Akhirnya saya berteriak, "Bang, jualan apa?!" Si abang pun menjawab, "Bakso..!" Oh, bakso, cocok kalo gitu. "Dua ya Bang..." kata saya memesan. Segera saja gerobaknya menyala, eh, maksudnya ada cahaya muncul di gerobak. Pantes, si abang baru nyalain lampu. Wah, irit juga si abang, nyalain lampu kalo ada yang mesen :)
Si abang sibuk nyiapin 2 mangkok bakso untuk kami. Tak lama kemudian, ada seorang laki-laki yang nyamperin si abang dan ngomong sesuatu, keliatannya dia nyuruh abangnya untuk ke komplek belakang. Ah, akhirnya bakso pesenan kami datang juga. "Pak, saya ke sana dulu ya, ada yang pesen, nanti ke sini lagi," teriak abangnya . Saya pun mengiyakan. Saya dan istri pun melahap baksonya, hmm.... Lagi enak-enaknya makan, eh istri saya tiba-tiba ngomong, "Mas ada pakunya, " dia menunjukkan paku tripleks yang sempat digigitnya. Ya ampun, di dalem kuah bakso ada paku? pikir saya. Kok bisa ya? Saya segera mengambil paku tersebut dan melemparkannya ke depan rumah. Alhamdulillah, untung tu paku nggak sampe ketelen dan istriku masih sehat-sehat aja. Sambil melanjutkan makan kami masih mengira-ngira asal paku tersebut.
Akhirnya bakso pun habis kami santap, enak juga sih rasanya. Si abang bakso tau-tau udah nongol di depan pintu. Saya pun mengambil mangkok bakso dan menyerahkan ke si abang. Belum sempat ngasih tau tentang paku misterius itu, si abang udah buka mulut duluan, dia tampak kesal sekali. "Nggak menghargai orang, mana hujan, petirnya gede banget lagi, udah disamperin eh nggak jadi beli. Beli seribu aja kek juga nggak papa. Kalo nggak inget punya anak kecil, saya tonjok tu orang." Si abang nyerocos kesel. "Saya tu lama di jalan, 12 tahun saya di jalanan, masuk penjara juga sering, tapi saya nggak pernah ngeremehin orang." Nah loh, abang bakso yang gondrong ini rupanya mantan narapidana. "Alasannya apa bang dia nggak jadi beli?" tanya saya. "Nggak tau tuh, tadi dia keluar dari rumah bawa senter sambil bilang nggak jadi," jawab si abang.
Setelah si abang bakso selesai "curhat" saya pun berkata, "Bang, lain kali ati-ati ya, tadi di bakso istri saya ada paku, pakunya kegigit, untung gak ketelen. Tapi alhamdulillah, istri saya sehat-sehat aja koq." Abangnya sekarang jadi melongo, heran dan kaget. "Mungkin dari atas gerobak kali bang pakunya copot," kata saya memperkirakan. "Tapi kalo yang di atas gerobak itu paku payung," kata si abang. Kami sama-sama bingung :p
"Beberapa hari ini saya sial terus, kemarin ban saya kempes dan hari ini rodanya rusak, sekarang ada paku lagi," si abang melanjutkan. Saya coba memberikan nasehat sekenanya, intinya sih nyuruh dia sabar. Saya mempersilakan si abang untuk masuk rumah menenangkan diri, tapi si abang menolak dan mohon diri setelah sebelumnya memohon maaf pada saya.
Hmm... dari kejadian di atas, saya dapat mengambil pelajaran, bahwa kita harus hati-hati dalam bersikap dan jangan pernah menganggap remeh orang lain. Bayangkan saja jika si abang bakso tersebut nggak inget ada anak di rumah, pasti dia bakal berantem dan pertumpahan darah bisa terjadi. Dan yang kedua, komunikasi mesti clear atau jelas. Andaikan si pemesan bakso yang nggak jadi itu mengemukakan alasan kenapa dia tidak jadi membeli bakso, misalkan karena setelah liat isi dompet ternyata uangnya tipis, kemungkinan besar si abang bakso akan mengerti dan tidak marah seperti itu. Jadi, jangan pernah anggap remeh orang lain, bahaya!!!
No comments:
Post a Comment