Wednesday, September 19, 2012

Keteguhan Hati Menaruh Harapan

Seringkali manusia begitu menemui kegagalan lalu menjadi putus asa, sehingga benar-benar kegagalan yang dihadapinya. 

Mungkin bila ia tidak begitu mudah menyerah, mau mencoba sekali dan sekali lagi, tentu yang dihadapinya sudah sama sekali berbeda.

Musim gugur merupakan musim panen kacang tanah, halaman rumah saya penuh dengan tumpukan kacang tanah. Sore hari, saat senggang saya memilih beberapa kacang tanah yang padat dan empuk untuk dimakan. Setelah mengupas dan menikmati isinya, kulit kacang saya buang ke samping halaman. 

Di dalam halaman rumah saya ada tiga ekor anak ayam, mereka dipelihara oleh ibu saya. Saat anak-anak ayam itu melihat saya melemparkan sesuatu, mereka segera berlari menghampiri dan berebut. Setelah berebut baru menemukan bahwa benda itu hanyalah kulit kacang tanah, bukan barang yang enak untuk dimakan, juga bukan barang yang bisa dimakan. 

Saya tertawa dalam hati melihat tindakan mereka yang bodoh itu, dan tetap melanjutkan melemparkan kulit kacang. Suatu hal yang sangat aneh adalah, tidak peduli saya telah melemparkan kulit kacang untuk ke sekian kali, dan untuk sekian kali mereka mendapatkan bahwa itu hanyalah kulit kacang yang tidak bisa dimakan, tetapi mereka masih tetap datang berebut setiap saya melempar lagi dan lagi. Terus-menerus melihat hal yang demikian itu terjadi, lama kelamaan hati jadi tergerak juga, saya menjadi sangat terharu.  

Hal ini membuat saya teringat akan sebuah kisah kecil tentang seorang pengembala sapi. Dalam kisah itu diceritakan bahwa, penggembala sapi itu karena iseng suatu hari ia telah membohongi penduduk desa dan berteriak, "Tolong, ada serigala datang."  

Merasa pernah tertipu, pada akhirnya ketika benar-benar ada serigala datang, dan ia berteriak, maka semua orang sudah tidak lagi mempercayai suara teriakannya. 

Kisah itu mengritik tindakan bocah pengembala sapi yang kurang pantas serta ucapannya yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tindakan saya melemparkan kulit kacang untuk "menipu" anak ayam, saya pikir-pikir tak jauh berbeda dengan tindakan si pengembala itu. 

Namun, jika kita pandang dari sudut pandang yang lain, nampak bahwa dalam "kebodohan"nya, anak-anak ayam itu juga terlihat memiliki keteguhan hati terhadap suatu harapan yang tidak akan dilepas untuk selamanya.  

Saya melihat perjuangan anak ayam yang berkali-kali menemui kegagalan, akhirnya hati saya juga tidak tega dan melemparkan sedikit kulit buah apel untuk mereka, juga boleh dikatakan merupakan sebuah kemenangan bagi anak-anak ayam itu. 

Dalam cerita pengembala sapi itu, seandainya orang-orang itu mau mempercayainya untuk sekali lagi, bukankah juga bisa mengurangi kerugian?
source : kisahmotivasihidup.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com

No comments:

Post a Comment