Monday, July 30, 2012

Sejarah Kota Mati Ani Di Turki



Kota ini sebenarnya awalnya milik Armenia dan didirikan pada abad ke 5. Tetapi sayangnya kota ini menjadi korban dari sebuah perjuangan kolosal pada masa lalu demi perebutan kekuasaan oleh Armenia, Kurdi, Georgia, Mongol dan Turki.

ani-cathedral
Kota ini terletak di situs segitiga, visual dramatis dan alami defensive, dilindungi di sisi timur dengan jurang Sungai Akhurian dan sisi barat oleh Bostanlar atau lembah Tzaghkotzador.

Nama “Ani” sendiri berasal dari seorang warga Armenia yang bernama “Ani-Khamakh yang merupakan seorang sejarahwan.



Tujuan kota ini dibangun adalah sebagai titik perbatasan dan merupakan sdbuah pemukiman tempat tinggal warga Armenia. Beberapa orang menyebut kota ini sebagai “Kota 1001 Gereja-gereja”, dan ada juga yang menyebutnya sebagai “kota 40 gerbang”. Namun anehnya tidak pernah ada yang menyebutnya sebagai “Rumah” selama lebih dari tiga abad.


Sekitar abad ke 9, kota Ani ini sempat merasa perdamaian pada saat kota ini dibawah kekuasaan dinasti Bagratuni dari Armenia. Perdamaian di kota ini berakhir ketika pada awal abad ke 10, terjadi sebuah konflik di keluarga kerajaan dan pada tahun 1045 kota Ani diambil alih oleh pasukan Yunani.

Tetapi tak lama setelah pengambil alihan kekuasaan itu, tepatnya pada tahun 1064, sultan Alp Arsian dari Turki menyerang kota ini dan mengambil alih pemerintahan kota ini. Selama penjajahan sultan Alp Arslan inilah terjadi sebuah pembantaian besar – besaran penduduk kota Ani oleh pasukan sultan Alp Arslan.




Penduduk kota Ani banyak yang melarikan diri saat penjajahan sultan Alp Arslan. Belum selesai penderitaan penduduk kota Ani, setelah sultan Alp Arslan menjual kota ini kepada pemimpin suku Kurdi, yang bernama Shaddadids, terjadilah perang besar antara suku Kurdi dengan kerajaan Georgia dimana terjadi pertumpahan darah dan korban jiwa di kedua belah pihak yang sangat besar. Suku Kurdi akhirnya berhasil dikalahkan pada tahun 1199.


Kota Ani yg sekarang menjadi kota mati, kota berhantu, tak berpenduduk selama lebih dari tiga abad dan terdampar di zona militer Turki diperbatasan Turki dengan Armenia. Semua sisa bangunan yang ada disini makin tidak terawat dari hari ke hari, tindakan iseng tak bertanggung jawab dari para pengunjung situs bersejarah ini, gempa bumi dan tidak adanya restorasi membuat sisa – sisa bangunan disini semakin rusak dan terabaikan, sehingga menimbulkan kesan seram dan penuh misteri.

Kota ini kemudian ditemukan kembali oleh seorang arkeolog di tahun 1921, tanpa populasi dan kehidupan. Suasana dingin bekas kerusakan akibat perang yang terjadi dan pembantaian masih bisa dirasakan. Pada Oktober 2010, Global Fund Heritage menyatakan bahwa kota ini berada di ambang sebuah kehancuran, banyak sisa – sisa bangunan yang tak bisa diperbaiki, dan terancam rata dengan tanah karena ada di daerah konflik perbatasan, yg masih diperebutkan Turki dan Armenia sampai sekarang.

No comments:

Post a Comment