Friday, May 25, 2012

Mualaf Sumaya, Kagum dengan Rasionalitas Alquran

Mualaf Sumaya, Ragu Soal Trinitas (1)


Tanpa terasa, tujuh tahun sudah Sumaya Fannoun memeluk Islam. Sebelum itu, ia adalah penganut Kristen. 
Seiring perjalanan waktu, ia mulai mempertanyakan beragam keganjilan dalam keyakinan Kristen. Saat itulah, ia memutuskan untuk mencari kebenaran hakiki, meski harus menghadapi pergulatan batin yang keras dalam dirinya.

"Aku sebenarnya tahu bahwa kristen adalah agama yang tidak sempurna, tapi saat itu aku percaya bahwa Kristen adalah yang terbaik untukku," kata dia.

Sumaya sadar ada beberapa bagian dalam Alkitab yang meragukan. Seperti pada satu bagian dikatakan Yesus harus berkorban untuk dosa-dosa manusia. "Aku juga meragukan masalah trinitas. Aku tidak paham mengapa Allah itu ada tiga. Salah satu darinya menciptakan bumi, satu  lagi menanggung dosa kita, lalu satu Allah yang lain roh," ungkapnya.

"Dari pemahaman itu, aku justru membayangkan seorang pria kulit putih dengan jenggot dan bermata biru menggenakan jubah. Ia berjalan di atas awan. Untuk roh kudus, aku membayangkan ia seorang mahluk berkabut yang tidak memiliki tujuan hidup," tambah dia.

Ia pun melihat terlalu banyak mitologi Yunani yang masuk dalam ajaran Kristen. "Salah satunya soal manusia setengah dewa. Aku pun bermasalah dengan materi Alkitab Perjanjian Lama dan Baru. Aku selalu berpikir dari Sepuluh Perintah Allah secara jelas bahwa ada pelanggaran yang dilakukan saat kita menyembah Yesus," paparnya.

Keganjilan lain, kata Sumaya, ada semacam jaminan bahwa manusia bakal masuk surga tanpa perlu melakukan apa pun, sebab Allah akan menanggung setiap kesalahan yang dilakukan manusia. "Jadi apa insentif yang kita peroleh ketika menjadi sosok yang baik di saat hal buruk memiliki banyak kesenangan," kata dia.

Di sini, kata Sumaya, tidak ada konsekuensi dari apa yang diperbuat. Jadi, seolah anak manja yang menuntut hak untuk melakukan hal sesukanya. 

Menuntut Tuhan untuk menerima perilaku keji. "Jadi, tidak mengherankan apabila penjara kita penuh dengan penjahat, dan orang tua sulit untuk mengontrol anak-anaknya," kata dia

Sumaya mengatakan konsep itu bertolak belakang dengan Islam. Dalam Islam, hidup itu adalah pilihan. Seorang Muslim akan masuk surga apabila ia menjadi seorang yang baik. Demikian pula sebaliknya.

"Dalam Alquran, Nabi Muhammad SAW mengatakan pada kita bahwa seorang Muslim akan masuk surga atas rahmat Allah atau perbuatan baik," ucapnya.

Pada fase ini, Sumaya penuh dengan rasa bimbang. Ia berusaha keras untuk tidak memikirkan hal itu. Tetapi, ia tidak mau terjebak dalam keyakinan yang tidak dapat dipahami.

"Aku benar-benar frustasi. Aku sebenarnya bosan dengan kondisi di mana aku tidak tahu kepada siapa harus menyembah. Aku belum mampu menerima Muhammad," kata dia.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama setelah sumaya diberikan Alquran terjemahan. Ia selalu mencari kesalahan dan mempertanyakan Alquran. Nyatanya, semakin dibaca, Sumaya kian yakin bahwa Alquran ini merupakan sumber kebenaran. Sumaya mendapatkan pula jawab tentang kepada siapa ia harus menyembah.

"Aku mulai menangis. Aku menangis untuk ketidaktahuan masa laluku. Aku kagum pada pengetahuan ilmiah dalam Alquran. Aku sangat terkesan dengan deskripsi proses embriologis yang dijelaskan dalam Alquran, dan banyak lagi. Aku pun menerima Islam sebagai agamaku," pungkasnya.



No comments:

Post a Comment