Wednesday, April 18, 2012

Kreatifitas Tanpa Batas

Kreatifitas Tanpa Batas

Kita mungkin bertanya-tanya mengapa sedikit sekali karya kreatif yang lahir di negeri ini. Apakah karena kita bodoh? Tidak!, Banyak sekali universitas yang setiap tahun melahirkan puluhan ribu sarjana. Apakah karena spec otak kita di bawah rata-rata? Sekali lagi Tidak!, Beberapa tahun terakhir anak-anak negeri ini unjuk gigi pada olimpiade matematika dan fisika. So, what? Ada banyak faktor, namun berikut ini faktor yang paling besar kontribusinya.
Mungkin kita tidak pernah menyadarinya, Orang tua kita sering lebih banyak “mengajarkan” untuk lebih banyak menggunakan tangan kanan. “Pakai tangan yang baik!”, baca: pakai tangan kanan, dan bahwa tangan kiri jelek. Jika tangan kiri jelek mengapa Tuhan menciptakan tangan kiri? Dan apa yang diajarkan itu terus tertanam dalam diri kita.
Fakta medis berbicara bahwa tangan kanan dikendalikan oleh otak kiri, dan tangan kiri dikendalikan oleh otak kanan. Otak kiri berperan dalam kegiatan analitis, dan otak kanan berperan dalam sisi kreatif dan imaginasi. Semakin besar ketidakseimbangan kita dalam menggunakan tangan, yang kita terlalu sedikit menggunakan tangan kiri, maka otak kanan yang mengatur sisi kreatif dan imajinasi kita, sangat lemah dan tumpul. Mungkin kita pandai, mungkin kita sarjana, atau bahkan master. Namun sudah bisa ditebak bahwa tidak akan banyak karya kreatif yang bisa ia lahirkan. Kepandaian, sehebat apapun itu, tanpa sisi kreatifitas, hanya akan menjadi mesin yang akan dikendalikan oleh pihak lain.

Yang tersembunyi dari cara kerja otak.

Otak merupakan central command pada setiap makhluk hidup, dimana setiap gerakan yang dilakukan oleh tubuh adalah hasil komando dari otak. Apa jadinya jika otak kehilangan atau setidaknya berkurang fungsinya sebagai central command? Tentu saja gerakan yang dibuat tidak akan terkontrol atau mungkin bahkan anggota tubuh lainnya tidak lagi dapat melakukan gerakan alias lumpuh… takuuut!

Otak Tidak Terlatih

Pada banyak penelitian mengenai kemunduran fisik otak, sebuah universitas di Amerika meneliti dua orang pria dengan umur dan kondisi yang sama. Profesi dari masing-masing pria tersebut adalah dosen dan arsitek. Kedua profesi tersebut diyakini banyak menggunakan otak dan kurang lebih porsi penggunaan otaknya sama.
Pria pertama adalah seorang dosen yang berumur 50 tahun. Di usia dimana sudah harus pensiun dari pekerjaan yang sekian puluh tahun telah digelutinya. Sebagaimana kita tahu bahwa dosen merupakan tenaga pendidik dimana otak adalah kebutuhan nomor satu yang dapat diandalkan sebagai seorang pengajar, ketrampilannya mengajar dan ketahanannya untuk berdiri ke depan kelas adalah kebutuhan nomor sekian.
Lalu kemudian, hari-hari pada masa pensiunnya, ia isi dengan kesibukan berkebun dan menonton televisi. Setelah kira-kira 5 tahun kedepan apa yang terjadi? Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti kepada pria pertama tersebut tidak dapat ia jawab sebaik saat ia mengajar di depan kelas. Padahal pertanyaan tersebut adalah materi yang biasa ia berikan kepada siswanya. Begitu pula pertanyaan seputar dunia yang masih hangat ditayangkan televisi. Ia hanya mampu menjawab dengan jawaban ringan dan lebih mengemukakan opininya sendiri berdasarkan pengalaman yang pernah didapatnya.
Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa pria pertama tersebut mengalami kehilangan memori sebesar 20% dan kecepatannya memecahkan masalah juga berkurang 18%.

Otak Terlatih

Pada pria kedua yakni seorang mantan arsitek dimana ia juga memutuskan untuk pensiun di usia 50 tahun. Selama masa kerjanya ia terbiasa menghitung berat jalan atau bangunan yang dibuatnya hingga hitungan per milimeter, enghitung kekuatan angin pada gedung-gedung bertingkat, memikirkan fungsi ruangan yang saling terkait, hingga perhitungan budget per sen-an.
Kemudian pada masa pensiunnya, pria kedua dalam penelitian ini memilih menjadi seorang konsultan arsitek, dan hari-harinya tidak pernah putus dari sebua komputer. Sebagai seorang pensiunan dan hanya menjadi seorang konsultan tentu banyak waktu luang. Tapi waktu luang tersebut ia gunaka untuk mencoba dan mempelajari software-software baru. Ia juga menonton televisi pada sebagian waktu luangnya. Mangikuti acara permainan kuis yang banyak sekali diputar di stasiun tv, mulai dari kuis tebakan kata atau gambar hingga pada kuis ilmu pengetahuan umum dan teknologi.
Apa yang terjadi setelah 5 tahun? Bukan…, bukan hanya 5 tahun, bahkan hingga 7 tahun kemudian, ia tetap menjadi seorang arsitek dengan ide-ide terbarunya yang segar yang kerap menjadi tren pada disain arsitekturnya. Hingga pada penggunaan software terbaru dapat secara baik dikuasainya.
Kedua contoh di atas sangat jelas sekali perbedaannya. Di mana otak yang sudak tidak pernah dilatih dengan cepat akan mengalami kemunduran pada fungsinya. Sedangkan pada otak yang teratur besarnya fungsi otak dapat dipertahankan.
Pada penelitian tersebut, kedua pria tersebut di atas dinyatakan sehat. Karena banyak pria dengan umur di atas 40 tahun memiliki penyakit seperti stroke, diabetes, hipertensi dan penyakit lainnya yang bilamana memasuki usia 50-an biasanya akan mengganggu syaraf. Hal ini tentu saja akan menjadi hambatan pada otak, meskipun otak tersebut secara teratur dilatih. Walau penyakit-penyakit tersebut menghambat atau bahkan sangat mempengaruhi ketahanan dari fungsi otak, latihan fungsi otak tetap berguna untuk memperlambat laju penurunan fungsi otak.

Otak Kiri dan Otak Kanan

Manusia normalnya selalu menggunakan tangan kanan dalam melakukan hampir seluruh kegiatan, seperti makan, menulis dan lain-lain. Bila tangan kanan tersebut digunakan untuk melakukan suatu gerakan, sesungguhnya gerakan tersebut dikendalikan oleh otak kiri. Penggunaan otak kiri lebih berfungsi untuk pemikiran-pemikiran yang bersifat logis dan untuk kecepatan serta ketepatan dalam perhitungan numerik.
Normalnya juga, orang dewasa orang dewasa jarang menggunakan tangan kirinya, atau tangan kirinya jarang terlatih. Sering kita dapati bahwa daya khayal anak-anak di bawah umur 10 tahun sangat tinggi. Salah satu pemicu dari tingginya daya khayal mereka adalah frekuensi penggunaan tangan kirinya hanya selisih 30% dari penggunaan tangan kanan. Dan seiring pertumbuhannya selisih frekuensi antara penggunaan tangan kiri dan kanan semakin besar.
Pada masa sebelum sekolah, yaitu di bawah  umur 6 tahun khususnya, anak-anak diajarkan melempar atau menangkap bola dengan menggunakan kedua tangannya, membawa gelas atau mangkuk dengan kedua tangan. Mereka biasa mengambil sesuatu dengan menggunakan tangan atau mengangkat tangan kirinya. Dan kita terlalu banyak diajarkan untuk menggunakan tangan kanan dan kebiasaan itu terus berlanjut saat dewasa.
Melatih Otak Kanan
Ada banyak cara untuk melatih otak kanan, dari cara yang sederhana yang biasa dilakukan sehari hari, hingga yang mungkin sulit seperti menulis dengan tangan kiri, jika normalnya menulis dengan tangan kanan. Cobalah dengan cara yang sederhana yang termudah dan kemudian secara bertahap pada gerakan yang lebih sulit.
Simak beragam cara yang bisa dilakukan untuk melatih ketangkasan bagi tangan kiri sekaligus melatih ketajaman otak kanan.
1. Angkat tangan kiri setinggi dada dan lakukan gerakan mengayun membentuk angka delapan tidur.
2. Gerakan menyilang dimana saat tangan kanan memukul ke kiri, kaki kiri menendang ke kanan, dan sebaliknya.
3. Lebih bervariasi lagi suatu gerakan akan lebih bagus efeknya pada fungsi otak. Lakukan semua gerakan yang menyilang yang mungkin bisa dilakukan seperti kedua gerakan di atas.
4. Untuk kegiatan sehari-hari, coba gerakkan denga:
- Menyapu atau membesrihkan lantai dengan tangan kiri.
- Memasukkan bola pada keranjangnya dengan tangan kiri, usahakan agar bola terarah pada tujuan.
- Bila memiliki kesabaran tinggi, coba dengan menulis menggunakan tangan kiri. Walau awalnya sulit namun hal ini sangat baik efeknya terhadap otak kanan.
Silakan dicoba, mungkin saja bisa mengalahkan ide gila Einstein, karya besar Michaelangelo atau ilusi dahsyat Copperfield!

No comments:

Post a Comment