Oleh: bhintoro shati aji
dakwatuna.com – Pernahkah kita berfikir tentang semua yang ada di dunia ini atau mengapa ada jagat raya ini..! Mungkin kita pernah melakukannya dan memang sebagai mahkluk yang diberi akal sudah seharusnya kita gunakan untuk bertafakur dan mentadaburi jagat raya tempat kita berpijak ini bahkan mentadaburi diri kita sendiri. Setiap manusia terlahir ke bumi tanpa tahu siapa dirinya, dan siapa pula bumi yang dihuninya, apalagi jagat raya mahaluas yang melingkupinya. Jagat raya berisi sekitar 300 miliar galaksi. Salah satu dari galaksi ini adalah Galaksi Bima Sakti, yang terdiri atas sekitar 250 miliar bintang. Matahari kita hanyalah salah satu dari bermiliar bintang ini. Begitulah, masih terdapat lebih banyak bintang di jagat raya daripada butiran pasir di seluruh pantai di bumi, dan Matahari kita hanyalah salah satu butiran pasir ini. Bumi tempat tinggal kita tidaklah lebih besar dari sebutir pasir tersebut. Sedangkan manusia, makhluk kecil penghuni bumi, ia bukanlah apa-apa di dalam jagat raya maha luas ini.
source : mendulanghikmahdarikisah.blogspot.comdakwatuna.com – Pernahkah kita berfikir tentang semua yang ada di dunia ini atau mengapa ada jagat raya ini..! Mungkin kita pernah melakukannya dan memang sebagai mahkluk yang diberi akal sudah seharusnya kita gunakan untuk bertafakur dan mentadaburi jagat raya tempat kita berpijak ini bahkan mentadaburi diri kita sendiri. Setiap manusia terlahir ke bumi tanpa tahu siapa dirinya, dan siapa pula bumi yang dihuninya, apalagi jagat raya mahaluas yang melingkupinya. Jagat raya berisi sekitar 300 miliar galaksi. Salah satu dari galaksi ini adalah Galaksi Bima Sakti, yang terdiri atas sekitar 250 miliar bintang. Matahari kita hanyalah salah satu dari bermiliar bintang ini. Begitulah, masih terdapat lebih banyak bintang di jagat raya daripada butiran pasir di seluruh pantai di bumi, dan Matahari kita hanyalah salah satu butiran pasir ini. Bumi tempat tinggal kita tidaklah lebih besar dari sebutir pasir tersebut. Sedangkan manusia, makhluk kecil penghuni bumi, ia bukanlah apa-apa di dalam jagat raya maha luas ini.
Dari segi ukurannya, manusia bak sebutir debu di padang pasir nan luas, sesuatu yang tak berarti dalam alam semesta tak bertepi. Dilihat dari kekuatannya, manusia pun makhluk yang teramat lemah, jauh lebih lemah dari kekuatan alam ini. Dari virus tak kasat mata yang mampu menjadikannya sakit tak berdaya; hingga hujan, gunung dan gempa bumi yang dapat melenyapkannya dari muka bumi. Begitulah, kehidupan manusia seolah tak berarti jika dilihat dari ukuran dan kekuatannya, dibandingkan dengan ukuran alam semesta dan kedahsyatan peristiwa alam. Namun, benarkah hidup manusia tanpa arti? Jika makna hidup memang tiada, mengapa manusia perlu ada? Jika mata yang melihat pemandangan, telinga yang mendengar suara, lidah yang mengecap rasa, dan kulit yang meraba benda ini tidak memiliki makna apa pun, lalu untuk apa semua ini ada? Mengapa manusia mesti hidup di muka bumi jikalau pada akhirnya semua mereka kan pasti sirna, terhempaskan oleh penyakit mematikan, usia senja, kecelakaan, gempa bumi, letusan gunung, serta dahsyatnya kekuatan alam lainnya yang menerpa mereka? Mengapa manusia mesti hadir di dunia, mengapa mereka mesti hidup, menderita, tertawa, bahagia, dan akhirnya harus mati…??? Apakah semua ini ada artinya???
Yang pasti, kesempurnaan dan kehebatan seluruh makhluk hidup dan tak hidup di alam ini mengatakan kepada akal dan hati nurani manusia akan satu hal: semua mereka diciptakan dengan tujuan yang pasti dan benar. Dan tujuan itu adalah agar manusia yang berakal dan bernurani ini mampu menyibak misteri alam, termasuk dirinya sendiri, bahwa semua ini ada karena diciptakan dengan makna dan tujuan yang pasti. Dialah Allah, Penguasa dan Pemilik Kekuatan di balik keajaiban dan kedahsyatan fenomena alam ini, yang semuanya diciptakan-Nya agar manusia mampu mengenal keberadaan dan sifat-sifat-Nya. Lebih dari itu, alam ini dicipta agar manusia senantiasa mengingat akan keagungan Pencipta-Nya dan kelemahan dirinya; agar menjadi sarana yang menjadikannya hamba yang bertaqwa.
“Apa yang ada di langit dan bumi membaca tasbih. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Hasyr: 24).
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi” (QS. Al-Jumu’ah: 1).
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?”Dari segi ukurannya, manusia bak sebutir debu di padang pasir nan luas, sesuatu yang tak berarti dalam alam semesta tak bertepi… Benar, semua ini nyaris tanpa arti jika kita pahami sebatas pada ukuran dan kekuatan manusia, sebab banyak makhluk atau benda di alam ini yang jauh lebih berarti, jauh lebih besar dan jauh lebih dahsyat dari manusia. Namun sesuatu telah memiliki arti karena keberadaannya, sebab untuk apa menanyakan makna atau arti sesuatu yang tidak pernah ada? Ketika arti keberadaan sesuatu telah kita pahami, maka ukuran, kekuatan, kedahsyatan dan segala ciri yang lain pun akan tampak bermakna di hadapan kita. Begitulah, keberadaan manusia memunculkan makna keberadaan serta kehidupan manusia itu sendiri. Sebagaimana keberadaan alam semesta beserta segala isi dan kedahsyatannya yang pastilah mendorong kita juga bertanya akan arti keberadaannya.
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertaqwa?”
Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?”
Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertaqwa?”
(QS. Al Mu’minuun, 23: 84-87)
Yang pasti, kesempurnaan dan kehebatan seluruh makhluk hidup dan tak hidup di alam ini mengatakan kepada akal dan hati nurani manusia akan satu hal: semua mereka diciptakan dengan tujuan yang pasti dan benar. Dan tujuan itu adalah agar manusia yang berakal dan bernurani ini mampu menyibak misteri alam, termasuk dirinya sendiri, bahwa semua ini ada karena diciptakan dengan makna dan tujuan yang pasti. Dialah Allah, Penguasa dan Pemilik Kekuatan di balik keajaiban dan kedahsyatan fenomena alam ini, yang semuanya diciptakan-Nya agar manusia mampu mengenal keberadaan dan sifat-sifat-Nya. Lebih dari itu, alam ini dicipta agar manusia senantiasa mengingat akan keagungan Pencipta-Nya dan kelemahan dirinya; agar menjadi sarana yang menjadikannya hamba yang bertaqwa.
“Apa yang ada di langit dan bumi membaca tasbih. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Al-Hasyr: 24).
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi” (QS. Al-Jumu’ah: 1).
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment