" Cinta Sejati adalah bahagia saat melihat pihak yang dicintai dalam keadaan bahagia, bukan menuntut pihak yang dicintai untuk membahagiakan kita tanpa peduli apakah pihak tersebut merasa bahagia dalam dirinya". Kalimat tersebut keluar dari Bunda saat pertama kali saya utarakan diri untuk menikah. Sebuah kalimat nasihat yang sederhana namun benar-benar telah meniupkan angin kesejukan dalam diri ini.
Nasihat ini bukanlah hanya sekedar susunan kata-kata yang hanya teoritis, namun memang sebuah nasihat kehidupan yang sebelumnya sudah dipraktekan oleh Bunda sendiri. Selama berpuluh-puluh tahun Bunda telah mempraktekanya kepada orang-orang yang terkasih, termasuk diri ini.
Suatu ketika kelelahan diri setelah beraktifitas seharian tak menghalangi Bunda untuk merelakan diri menghangatkan nasi meski hari sudah larut, saat saya tidak mau makan karena nasinya sudah dingin. Sentuhan kasih abadi yang telah mengikis habis kelelahan menjadi sebuah kebahagiaan saat orang yang terkasih bahagia, kala itu saya akhirnya mau memakan nasinya.
Spirit cinta juga telah Ayah torehkan kepada saya dimasa yang silam, Ayah akhirnya memilih berjalan kaki sejauh 10 km dari kota untuk pulang kerumah, hanya dikarenakan uang yang dimilikinya sudah habis dan yang tersisa hanya tinggal 2000 rupiah yang akhirnya untuk membeli bubur kacang hijau kesukaan saya. Rasa letih dalam diri terasa terbang menjauhi kala itu saat Ayah melihat betapa lahapnya saya memakan bubur kacang hijaunya.
Yah, betapa indahnya dan memang indah ternyata apa yang Bunda nasihatkan itu, kini setelah saya coba kerjakan kepada orang yang sangat terkasih yaitu Istri dan kedua jundi yang sangat lucu. Sebuah komitment diri untuk selalu memberikan kebahagiaan kepada orang-orang yang terkasih.
Sungguh inilah cinta sejati yang sangat indah saya rasakan sampai saat ini, berusaha terus memberikan sebuah kebahagiaan hingga orang-orang yang terkasih benar-benar dapat tersenyum lepas dalam lautan kebahagiaan.
Eko S
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment