Sunday, August 7, 2011

~Tenggelam dalam Diri Sendiri~

Salah satu keterampilan penting dalam pernikahan-dan juga relasi lainnya-adalah kemampuan untuk melihat sesuatu dari kacamata orang lain. Sayangnya tidak semua memiliki kemampuan ini. Ada di antara kita yang tenggelam dalam diri sendiri sehingga tidak bisa memahami sesuatu dari sudut pandang orang. Pada akhirnya kita hanya dapat melihat semua dari kacamata sendiri dan untuk kepentingan sendiri. Berikut akan dipaparkan terlebih dahulu penyebab sikap yang tenggelam dalam diri sendiri.
  • Penyebab pertama munculnya sikap tenggelam dalam diri sendiri adalah latar belakang keluarga yang menekan kita. Mungkin tekanan berasal dari relasi orang tua yang buruk atau dari sikap orang tua yang otoriter. Pada akhirnya kita tidak terbiasa untuk mengeluarkan isi hati dan cenderung menyimpan semua masalah di dalam hati sendiri. Akibatnya kita tidak terkondisi untuk mendiskusikan persoalan dengan orang lain; semua dipikirkan dan dipecahkan sendiri.

  • Penyebab kedua adalah latar belakang keluarga yang terlalu mengidolakan kita. Mungkin kita cerdas atau mungkin cantik, apa pun dasarnya, kita menjadi primadona di rumah. Pendapat kita tidak diganggu gugat dan apa yang kita katakan dianggap benar. Pada akhirnya kita terbiasa memercayai diri sendiri dan tidak melihat pentingnya konsultasi dengan sesama.

  • Penyebab ketiga adalah besarnya masalah yang kita pikul. Kadang kita dirundung masalah yang menggoncangkan keseimbangan hidup sehingga kita sulit keluar dari dalam diri kita. Akhirnya kita pun sulit menerima masukan orang dan malah tenggelam dalam diri sendiri. Kita terus mengasihani diri dan menolak untuk bangkit.
  • Penyebab keempat adalah miskinnya lingkup pergaulan. Bila kita hanya memunyai lingkup pergaulan yang sempit, besar kecenderungan kita menjadi pribadi yang tenggelam dalam diri sendiri. Kesulitan kita bergaul atau menjalin pertemanan membuat kita minim berelasi sehingga pada akhirnya kita pun jarang mendengar komentar orang.
Untuk mengatasi sikap tenggelam dalam diri, kita perlu melakukan hal-hal berikut ini:
  • Kita harus memikul tanggung jawab dan berhenti menyalahkan orang. Kita mesti mengakui bahwa masalah ada pada diri sendiri dan bahwa kitalah yang seyogianya berubah. Menyalahkan pasangan hanyalah melestarikan masalah. Di sini diperlukan dua hal: keberanian dan kerendahan hati. Untuk mengakui masalah pada diri sendiri dibutuhkan keberanian dan kerendahan hati. Tanpa dua hal ini, kita tidak akan dapat sembuh.

  • Bila kita memandang diri sebagai korban, kita harus bertekad untuk tidak lagi menjadi korban. Kita harus memilih melepaskan ikatan dan mengambil risiko kembali menghadapi hidup dan tantangannya.
  • Kendati tidak setuju dengan perkataan pasangan, ikutilah dulu dan jangan langsung menolaknya. Kita perlu belajar dari pasangan, itu sebabnya kita mesti mendengarkan masukannya.

  • Jangan cepat menyimpulkan bahwa orang tidak memahami isi hati kita. Sebaliknya, jadikanlah proyek pribadi untuk memahami orang lain terlebih dahulu. Jika kita tidak mengerti, jangan ragu untuk bertanya kepada pasangan.

  • Firman Tuhan di 1 Tesalonika 5:16-18 berkata, "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." Tekad untuk bersukacita, tetap berdoa, dan mengucap syukur dalam segala hal merupakan wujud nyata dari sikap untuk tidak tenggelam di dalam diri sendiri. Sebaliknya tekad ini merupakan cerminan sikap untuk keluar dari diri sendiri dan melihat masalah dari sudut pandang Tuhan. Kita harus mendisiplin diri untuk bersukacita, berdoa, dan bersyukur.
source : kisahmotivasihidup.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com

No comments:

Post a Comment