Monday, August 8, 2011

Menjadi Manusia Yang Bermanfaat

Gempa Jepang dengan kekuatan 9.0 skala richter yang terjadi pada hari Jumat, tanggal 8 Maret lalu masih menyisakan rasa pedih rakyat Jepang. Khususnya mereka yang tinggal di propinsi yang terkena bencana terberat seperti propinsi Miyagi, Iwate, dan Sendai. Banyak perusahaan yang sudah tidak jelas lagi nasibnya. Karena pabrik dan tempatnya lenyap ditelan tsunami. Ada juga karena beberapa pegawainya hilang menjadi korban bencana dahsyat ini. Ada yang mempu mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya kembali akan tetapi tidak mampu memberikan janji gaji kepada para pegawainya.
Otomatis dari sisi bisnis pun akan mendapatkan pengaruh negatif yang tidak kecil. Ada sebuah perusahaan yang memberikan warning kepada para pegawainya, bagi yang merasa keberadaannya ada dan tiada sama saja maka bersiap-siaplah untuk mendapatkan PHK. Pegawai yang ada dan tiada tidak mempunyai dampak yang siknifikan dalam roda bisnis perusahaan harus menimpa dampak yang mungkin tidak ia inginkan, yaitu pemecatan. Dan akhirnya ada beberapa pegawai yang memang harus menimpa dampak yang sulit tersebut. Ia menyadari bahwa selama ini dirinya sulit untuk berubah, dan ia tahu itu. Resiko harus diterimanya. Ada diantaranya adalah pegawai yang sudah lama bergabung dengan perusahaan itu, dan ada yang baru bergabung dengannya.

Adalah wajar ketika seseorang berada dalam kerumunan manusia yang berjuang untuk mendapatkan sebuah hasil yang maksimal, akan tetapi ketika keberadaannya tidak menghasilkan hal yang maksimal, maka perlu dipertanyakan keberadaannya di situ. Ada kemungkinan ia membawa manfaat, akan tetapi tidak siknifikan. Atau bisa jadi malah keberadaannya membawa nilai yang negatif bagi kerumunan manusia.
Ketika sekumpulan manusia sedang berkumpul dengan suatu misi dan tujuan, maka setiap orang perlu memberikan manfaat yang maksimal untuk mendukung misi dan tujuan tersebut. Tidak boleh ada yang lemah dan tidak boleh ada yang dilemahkan. Mereka harus sama-sama bahu membahu menjadi sekelompok orang untk menjadi kuat. Ada hadits dari Rasulullah SAW yang maknanya, “Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari).

Hadits ini berbicara ketika Rasulullah SAW tidak sendirian. Hadits ini muncul bukan dari hasil renungannya ketika menatap bintang dan bulan di langit dalam kesendirian dan kesepian. Akan tetapi hadits ini muncul ketika Rasulullah SAW dalam perjuangan sedang bersama-sama dengan para sahabatnya. Mengemban misi dan perjuangan kemanusiaan untuk mencapai kesuksesan hidup. Perjuangan yang perlu menampakkan yang terbaik dari masing-masing orang yang terlibat dan berjuang.

Seakan-akan hadits ini mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauh mana derajat kemuliaan kita, maka ukurlah sejauh mana nilai manfaat diri kita untuk orang lain. Kalau kita adalah sebuah titik hitam dari sebuah gambar kotak hitam yang besar, maka kita akan memberikan manfaat kalau kita tetap istiqomah dalam warna kita yang hitam. Walaupun kita adalah hanya sebuah titik yang sangat kecil. Kekecilan kita memberikan makna dan warna bagi sebuah kotak yang harus hitam. Walapun kecil dan hanya sebuah titik, ia tetap memberikan manfaat. Agar warna kotak hitam itu tetap hitam.

“Sesungguhnya Allah tidak bisa merubah nasib suatu kaum kecuali jika mereka merubah sendiri.” (Ar Ra’ad: 11)

Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan orang-orang yang tidak mempunyai manfaat ini adalah orang yang tidak mempunyai unsur perubahan dalam hidupnya. Hidupnya stag dalam sebuah kondisi yang untuk memperbaiki dirinya sendiri pun amatlah sulit nan sukar. Bahkan kaum semacam ini akan diganti oleh kaum yang lain, yang mereka mempunyai manfaat lebih besar bagi ummatnya, yaitu dengan “bahasa amar makruf nahi mungkar”.

Ada seorang ulama yang membagi orang-orang disekeliling kita dengan beberapa kelompok, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Pembagian ini berdasarkan dengan nilai manfaatnya. Ketika nilai manfaatnya itu kita rasakan maka teman itu adalah termasuk kelompok wajib, sedangkan kalau nilai manfaatnya malah membuat kita menjadi orang yang tidak bermanfaat maka ia masuk ke kelompok haram. Pembagian ini menarik bagi kita yang ingin mengetahui di manakah diri kita berada bagi orang lain.
Ada pepatah yang menarik untuk kita simak, “If all my friends were to jump off a bridge, I wouldn’t jump with them, I’d be at the bottom to catch them.” Ketika teman-teman kita dalam kondisi kesedihan dan kesempitan, ketika kita mampu menolong mereka, dan kita melakukannya, maka kita akan menjadi orang yang bermanfaat. Akan tetapi kalau kita kemudian ikut senang dengan musibah dan kematian mereka, maka bisa jadi kita adalah teman dalam kelompok haram dalam diri mereka. Kehadiran kita tidak diharapkan sama sekali oleh mereka, karena kita tidak dirasakan manfaatnya sama sekali, bahkan kerugian dan kesempitan yang mereka rasakan.

Cukuplah hadits Nabi SAW yang mashur ini menjadi pegangan kita, agar kita berjuang dengan segenap kemampuan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang ummat ini.

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari).
source : mendulanghikmahdarikisah.blogspot.com
repost by : ceritabos.blogspot.com

No comments:

Post a Comment