Dia adalah paman Rasulullah SAW.
Ada yang mengatakan bahwa dia masuk Islam sebelum Hijrah, tetapi dia menyembunyikan keislamannya. Pada waktu perang Badar, dia keluar dengan kaumnya. Kala itu dia ditawan oleh pasukan Islam, tetapi dia mengatakan bahwa dia seorang muslim. Wallahu a’lam.
Al Abbas bukan termasuk sahabat yang fasih. Dia pernah menghadap Nabi SAW —sebelum peristiwa penaklukkan kota Makkah— untuk melindungi Abu Sufyan bin Harab.
Dia juga pernah berkunjung ke Syam bersama Umar.
Dia dilahirkan 3 tahun sebelum tahun Gajah.
Menurut aku, Al Abbas adalah pria yang berpostur tinggi, tampan, berwibawa, suaranya lantang tetapi lembut, dan kharismatik.
Diriwayatkan dari Abu Razin, dia berkata, “Al Abbas pernah ditanya, ‘Siapakah yang lebih tua, kamu atau Nabi?’ Al Abbas menjawab, ‘Beliau yang lebih tua, meskipun aku dilahirkan sebelum beliau’.”
Az-Zubair bin Bakkar berkata, “Al Abbas mempunyai baju khusus untuk bani Hasyim yang telanjang, mangkuk khusus untuk orang-orang miskin, dan perhatian khusus untuk orang-orang bodoh.”
Selain itu, Al Abbas selalu melindungi tetangga, menyedekahkan harta, dan memberi kepada orang-orang yang bertobat.
Teman minumnya pada masa jahiliyah adalah Abu Sufyan bin Harab.
Diriwayatkan dari Al Bara` atau yang lain, dia berkata, “Suatu ketika seorang pria Anshar datang bersama Al Abbas yang ditawannya, lalu Al Abbas berkata, ‘Dia tidak menawanku’. Nabi lalu bersabda, ‘Sungguh, Allah telah menjagamu dengan seorang malaikat yang mulia’.”
Anak-anaknya adalah Al Fadhl —anak sulung—, Abdullah Al Bahar, Ubaidullah, Qutsam, Abdurrahman —wafat di Syam—, Ma’bad —mati syahid di Afrika—, dan Ummu Habib.
Sedangkan ibu mereka adalah Ummu Lubabah Al Hilaliyah, yang pernah disinggung oleh Ibnu Yazid Al Hilali dalam syairnya,
Tidak ada wanita yang melahirkan keturunan yang baik
Di gunung dan lembah yang kami ketahui
Seperti enam orang yang terlahir dari rahim Ummu Fadhl
Yang memuliakannya hingga lebih mulia dari pemuka kaum
Di antara keturunan Al Abbas adalah Katsir (dikenal sebagai seorang ahli fikih), Tamam (dikenal sebagai seorang tokoh Quraisy), dan Umaimah. Ibu mereka adalah Ummu Al Walid. Kemudian Al Harits bin Al Abbas, dan ibunya adalah Hujailah binti Jundab At-Tamimiyah. Jumlah mereka ada sepuluh.
Diriwayatkan dari Mathlab bin Rabi’ah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,
“Aku tidak tahu mengapa orang-orang itu menyakitiku dengan cara menyakiti Al Abbas. Sesungguhnya paman seseorang itu ibarat ayahnya, maka barangsiapa menyakiti Al Abbas berarti telah menyakitiku.”
Diceritakan bahwa pada waktu perang Hunain, ketika pasukan Islam mengalami kekalahan, Al Abbas mengambil kekang kuda Nabi SAW lalu melindungi beliau dari serangan sampai datang bala bantuan.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: Suatu ketika seorang pria Anshar mencela ayah Al Abbas karena tindakannya pada masa jahiliyah, maka Al Abbas menamparnya. Kaumnya lalu datang dan berkata, “Demi Allah, kami juga akan menamparnya sebagaimana dia menamparnya.” Setelah itu mereka menghunus pedang-pedang mereka.
Ketika berita itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, beliau langsung naik ke atas mimbar dan bersabda, “Wahai manusia, siapakah penduduk bumi yang paling mulia di sisi Allah?” Mereka menjawab, “Engkau.” Beliau bersabda lagi, “Al Abbas adalah bagian dariku dan aku adalah bagian darinya, maka kalian jangan mencaci orang-orang yang telah mati dari kami sehingga menyakiti orang-orang yang masih hidup di antara kami.”
Setelah itu kaum tersebut datang dan berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari ketidaksenanganmu wahai Rasulullah.”
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Umar pernah berdoa meminta hujan, dia berujar, “Ya Allah, dulu ketika Nabi masih hidup, jika kami meminta hujan maka kami bertawasul kepada beliau, maka sekarang kami memohon hujan kepada-Mu melalui perantara paman Nabi-Mu, yaitu Al Abbas.”
Adh-Dhahaq bin Utsman Al Hizami berkata, “Suatu ketika pada akhir malam, Al Abbas ingin memanggil budak-budaknya yang berada di hutan, maka dia berdiri di atas tembok lalu memanggil mereka dengan suara yang keras, padahal jarak hutan itu sekitar 7 mil darinya.”
Menurutku, Al Abbas adalah pria dengan postur tubuh yang sempurna, suaranya lantang, dan dialah orang yang diperintah Nabi SAW untuk menyeru di perang Hunain, “Wahai para pemilik pohon.”
Al Abbas selalu mengasihi dan mencintai Nabi SAW, serta sabar menghadapi penderitaan walaupun dia belum masuk Islam. Dia juga mengetahui secara persis peristiwa malam Aqabah. Pada suatu malam dia keluar dengan keponakannya beserta 70 orang lainnya, kemudian dia pergi menuju perang Badar beserta kaumnya dalam keadaan terpaksa, dan akhirnya tertawan. Lalu dia menampakkan kepada mereka bahwa dia telah masuk Islam. Dia lalu ke Makkah. Tetapi aku tidak tahu alasan dia tinggal di sana.
Setelah itu berita tentang dirinya tidak lagi terdengar, apakah itu pada saat perang Uhud, perang Khandaq, tidak keluar bersama Abu Sufyan, dan tidak ada seorang pun dari kaum Quraisy yang menyebut tentang dirinya, sepanjang yang diketahui. Al Abbas kemudian menemui Nabi SAW untuk hijrah sebelum peristiwa penaklukkan Makkah.
Disebutkan bahwa suatu ketika Umar bermaksud meletakkan saluran air milik Al Abbas yang berada di tempat lalu lalangnya orang-orang. Namun kemudian dia mencabutnya dan berkata, “Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW yang berhak menaruh benda ini pada tempatnya.” Selanjutnya Umar bersumpah, “Sungguh naiklah ke atas punggungku dan letakkan pada tempatnya!”
Al Abbas wafat pada tahun 23 Hijriyah, saat berusia 88 tahun. Jenazahnya ketika itu dishalati oleh Utsman, lalu dimakamkan di Baqi’.
Beberapa ahli telah berupaya keras mengumpulkan keutamaan yang dimiliki Al Abbas, hingga bisa dijadikan sebagai cermin bagi para khalifah.
Banyak di antara keturunan Al Abbas yang menjadi raja, dan hal itu terus berlanjut hingga mencapai 37 khalifah jika dihitung hingga masa kita ini, yaitu selama 600 tahun, yang dimulai dari As-Sifah. Sedangkan pemimpin saat ini yang berasal dari keturunan Al Abbas adalah Raja Malik An-Nashir.
_____________
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com
repost by : ceritabos.blogspot.com
No comments:
Post a Comment