Pembantu rumah tangga butuh yang namanya ruang layak. Layak dalam arti, ruangan itu bukan sekadar tempat pelepas lelah setelah seharian bekerja mengurus rumah, tapi juga nyaman dari segi sirkulasi, lokasi, dan luasannya.
Dewasa ini, memiliki pembantu sudah menjadi kebutuhan warga kota. Bahkan, di sejumlah rumah banyak yang memiliki asisten rumah tangga lebih dari satu. Tak pelak, kebutuhan akan pembantu pun meningkat pesat.
Pembantu di sini bisa berarti pembantu rumah tangga, satpam, baby sitter, tukang kebun, dan biasanya hampir semua pembantu ini tinggal bersama majikan. Sangat jarang yang berangkat pagi pulang sore ataupun malam.
Persoalan timbul saat majikan harus menyediakan kamar yang layak untuk para pembantu tersebut. Mungkin saja, karena tidak terpikirkan sejak awal, mau tidak mau ruang yang digunakan adalah kamar sisa atau gudang yang tidak terpakai. Padahal, ruang itu pun sebenarnya belum tentu layak huni, baik dari segi ukuran, kenyamanan, kesehatan, bahkan estetika rumah.
Bijaksananya, bila Anda masih memiliki lahan sisa, sebaiknya membuat kamar baru di situ. Atau bagi keluarga yang baru membangun rumah atau membeli rumah, sebaiknya keberadaan kamar pembantu sudah terpikirkan dari awal.
Arsitek Briyan Talaosa menyatakan, merencanakan atau merancang ruang tidur bagi pembantu yang memenuhi standar kenyamanan minimal mesti dipikirkan secara matang. Sebab bila ruang tersebut tidak nyaman, dari segi ukuran maupun penempatan, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap psikologis si pembantu.
Paling tidak, kata Briyan, meski posisinya Anda tempatkan di area servis ataupun ruang sisa, Anda masih memiliki kesempatan untuk mengolahnya secara maksimal agar sang asisten rumah tangga tetap memiliki ruang privasi yang cukup nyaman sebagai tempat pelepas lelah setelah hampir seluruh waktu digunakan untuk kerja mengurus rumah.
“Idealnya seluruh kebutuhan ruang yang ada pada sebuah bangunan harus direncanakan pada awal waktu atau sebelum dilakukan konstruksi atau pembangunan agar keseluruhan ruangan tetap selaras. Meskipun terkadang posisi ruang tidur sering kali menempati ruang sisa,bila kita sedikit cermat menempatkannya, bukan tidak mungkin walau ruangan kecil tetap nyaman dari skala proporsi dan flow-nya,”
Hal serupa dikatakan arsitek Haris Prabawa. Menurut dia, memang paling ideal ruang untuk pembantu didesain dari awal pembangunan. Meski misalnya dari awal si pemilik rumah tidak mempunyai pembantu, namun suatu saat (mungkin) bisa saja dia butuh juga. Hal ini adalah salah satu bentuk antisipasi.
“Atau misalkan ruangan memang belum dibuat, mau tidak mau kita harus menyiapkannya dan letaknya di dekat pusat area servis,”
Biasanya kamar pembantu dilengkapi tempat tidur ukuran 100x200 cm, lalu ditambah sebuah lemari pakaian berukuran kecil plus fasilitas tambahan, seperti pesawat televisi dan radio sebagai tempat pelepas penat.
Sementara untuk ukuran ruangnya, Briyan menyebutkan, standar minimal tercipta dari peletakan furnitur dan flow orang yang melakukan kegiatan pada ruang tersebut. Dalam hal ini, ruang tidur pembantu dilihat dari kebutuhan minimal furnitur bisa diasumsikan standar minimal ruang sekitar 200x250 cm.
Dengan ruang sebesar itu, kata Briyan, si pemilik rumah sudah dapat menampung dua orang asisten rumah tangga. Dilengkapi dengan tempat tidur susun atau tingkat ukuran 100x200 cm atau 100x180 cm, dan ditambah lemari pakaian.
Contoh lain, ruangan 200x200 cm sudah dapat menampung tempat tidur dengan metode tumpuk, juga laci atau semi gudang dengan ukuran panjang muka laci sekitar 35x20 cm sebanyak empat buah.
Sementara lemarinya berukuran 100x60x180 cm satu buah, bisa memuat pakaian untuk dua orang, dan pesawat televisi yang diletakkan di atas lemari mini.
“Soal ukuran ruang tidur pembantu, menurut saya, ada pada kisaran 1,8x2 meter persegi. Dengan luas tersebut, kita sudah melengkapi ruangan itu dengan tempat tidur panjang dan lemari satu pintu atau lemari gantung,”
www.forum-buku.blogspot.com
No comments:
Post a Comment