Belakangan masyarakat dibuat heboh dengan kabar seorang wanita yang melahirkan bayi tanpa kehamilan. Khususnya warga di daerah Tamansari, Bandung Wetan, Bandung, Jawa Barat. Pasalnya pada tanggal 25 Februari 2011 lalu, Yani Rosmiati, salah satu warga Tamansari, RT 08 RW 20, melahirkan bayi laki-laki. Proses persalinan terjadi sekitar pukul 08.00 WIB.
Menurut beberapa sumber, hari itu Yani, seperti biasa, sedang menonton televisi bersama anak-anaknya. Kemudian Yani merasa ada yang aneh di perutnya, rasanya sama seperti ketika ia merasa ingin buang air besar. Namun tak kunjung mengeluarkan tinja. Dalam kondisi yang setengah sadar, Yani melihat bayi keluar dari kemaluannya. Ia langsung berteriak meminta pertolongan warga sekitar. Warga yang datang kemudian memastikan bahwa benda yang keluar adalah bayi. Warga kaget.
Jangankan warga, Nana (60), yang tidak lain adalah suami Yani, pun heran. Pada saat kejadian ia sedang berada di kantor. Ia kaget ketika mendapati istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki. Pasalnya, ia tidak melihat tanda-tanda kehamilan sama sekali. Bahkan, menurutnya, siklus menstruasi Yani masih lancar. Terlebih lagi beberapa hari sebelum kejadian tersebut, Yani baru saja mens. Ukuran badan atau tubuh Yani pun tidak mengalami perubahan.
Kejadian yang dialami oleh pasangan Yani Rosmiati dan Nana ini sepertinya memang kejadian yang ganjil. Dan bila diperhatikan, kejadian serupa juga terjadi beberapa tahun belakangan seperti yang dialami oleh Suryati, wanita berusia 37 tahun, warga desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Dia melahirkan bayi laki-laki pada 7 Mei 2010 sekitar pukul 20.40 WIB.
Pada 7 Mei 2007, Sriyani (32), warga Jl. Karya Budi, Gang Budi No. 45, Medan, juga mengalami hal yang sama. Istri dari Agus Wahyudi (35) ini melahirkan bayi laki-laki pada pukul 04.00 WIB tanpa pertolongan medis. Bayi itu memiliki bobot 3 kg dengan panjang 48 cm. Sama dengan pasangan-pasangan sebelumnya, Sriyani dan Agus Wahyudi heran dengan kelahiran yang tiba-tiba tersebut. Apalagi menstruasi Sriyani lancar. Bahkan, selama 8 bulan terakhir masih mengonsumsi alat kontrasepsi berupa pil KB.
Bila diperhatikan secara saksama dari ketiga contoh kejadian ini, kejadian ini sangat sulit diterima secara nalar. Ada keyakinan kuat bahwa “kelahiran tanpa kehamilan” adalah hal yang tidak mungkin. Logisnya, mesti ada hubungan seksual sebelum itu.
Menurut dr Cepi Teguh Pramayadi SpOG, hal yang tersebut memang sangat sulit diterima logika kedokteran.
“Secara medis tidak mungkin terjadi. Secara medis tidak mungkin proses kelahiran itu terjadi dengan tiba-tiba,”
. Dan kasus semacam ini tidak punya istilahnya dalam dunia kedokteran.
Namun, sambungnya, hal semacam ini bukanlah hal yang aneh. Logisnya, pasti ada tanda-tanda perubahan yang terjadi. Paling tidak ada penambahan berat badan mengingat ada janin dalam rahim. Apalagi bila bayi yang lahir mencapai bobot 3 kg.
“Itu tidak mungkin tidak ada kehamilan sebelumnya. Logikanya, kalau bayi lahir hingga 3 kg itu paling tidak ada penambahan berat badan pada ibu sebelum bayi lahir,”
Dengan demikian, kaget bahwa bisa melahirkan tanpa hamil sebetulnya adalah sebuah bentuk ketidakpekaan seorang ibu. Bisa juga dikatakan terlalu cuek. Tidak peduli.
“Ada beberapa ibu yang tidak menyadari bahwa sebetulnya dirinya itu hamil. Dan mereka tidak terlalu menaruh perhatian pada siklus menstruasinya. Sebagian wanita memang sangat peduli terhadap siklus menstruasinya, tapi banyak juga yang tidak peduli,”
Ketakpekaan itu “diperparah” dengan keinginan untuk tidak hamil lagi atau tidak ingin punya anak lagi. Hal inilah yang sering kali membuat beberapa wanita tak terlalu peduli pada siklus menstruasi. Apalagi jika mereka sudah merasa aman menggunakan alat kontrasepsi. Padahal hal itu belum tentu menjamin.
“Jangan pernah berpikir bahwa menggunakan alat kontrasepsi akan menjamin bahwa tidak akan terjadi kehamilan. Bisa saja kebobolan. Apalagi kalau lupa mengonsumsi dan pada saat itu sedang subur terus berhubungan seks. Itu akan sangat mungkin terjadi kehamilan,”
Kembali melihat kasus di atas, kebanyakan pasangan merasa bahwa siklus menstruasi masih lancar. Dalam hal ini, menurut dr Cepi, siklus menstruasi harus benar-benar ditelusuri lagi.
“Dan logisnya, selama kehamilan tidak akan terjadi menstruasi. Dan perlu diperhatikan adalah menstruasi yang terjadi seperti apa. Teratur atau tidak? Berapa hari menstruasinya?”
Menstruasi pada kasus di atas tak ubahnya dengan pendarahan atau flek yang terjadi selama kehamilan. Apalagi beberapa kondisi memang bisa menyebabkan pendarahan. Misalnya, pada keadaan hamil, plasenta berada di bawah.
“Efek juga bisa terjadi karena letak plasenta di bagian bawah,”
Hal lainnya, hubungan seksual. Gerakan-gerakan seksual yang kasar atau terlalu kencang juga bisa menyebabkan pendarahan saat hamil, bila rahim sensitif atau Mr P menyenggol plasenta. Pada wanita yang sadar akan kehamilannya, tentu hal tersebut bisa dihindari dengan cara melakukan hubungan seksual dengan gerakan yang lebih pelan. Namun pada wanita yang tidak sadar akan kehamilannya, tentu gerakan-gerakan seksual akan seperti biasanya.
Lalu bagaimana dengan tanda-tanda kehamilan yang tidak tampak? Pengertian tanda-tanda kehamilan yang banyak diketahui masyarakat saat ini, kata dr Cepi, adalah pengertian yang subjektif. Seperti mual, muntah, sering buang air kecil, sulit buang air besar, dan perut membesar.
“Itu lebih ke keluhan atau tanda-tanda kehamilan yang subjektif yang bisa aja pada wanita lain tidak ada,”
Tidak sadar akan kehamilan tentunya berbahaya. Menurut dr. Cepi, bahaya pertama adalah flek yang sering kali diinterpretasikan sebagai menstruasi. Normalnya, tidak boleh ada flek selama kehamilan. “Flek itu tidak boleh ada selama kehamilan. Berbahaya atau tidak tergantung seberapa banyak flek itu keluar. Kalau fleknya terlalu banyak dan berubah menjadi pendarahan, kita harus segera keluarkan bayi,”
Nah, bila sang ibu tidak sadar akan kehamilannya, tentu sudah bisa dibayangkan bila flek berubah menjadi pendarahan, bukan? “Sampai akhirnya adalah kematian pada si bayi,”
Bahaya lainnya, bayi bisa saja terinfeksi bakteri. Pada keadaan hamil, beberapa makanan dan minuman memang perlu dipantang karena mengandung bakteri berbahaya dan bisa masuk ke janin.
“Si bayi tetap membutuhkan asupan dari ibu. Dan ada beberapa makanan dan minuman yang dipantang saat hamil,”
www.forum-buku.blogspot.com
No comments:
Post a Comment