Monday, January 24, 2011

Buku Adalah Penghubung Komunikasi Antara Guru, Murid, & Orangtua

“MA, kata Bu guru ada PR Bahasa Indonesia. Besuk pagi harus dikumpulkan,” tutur Melia (7 tahun) sepulang dari sekolah. “Mana buku penghubungnya? Mama lihat!” Sesaat setelah membaca tulisan yang tertera di buku penghubung tersebut, “Oke, sekarang Melia tidur siang dulu, nanti sore dikerjakan ya PR-nya.”

Mempermudah Komunikasi

Bagi Moms yang memiliki putra atau putri kelas 1 hingga kelas 3 Sekolah Dasar, tentu tidak asing dengan istilah buku penghubung. Menurut Siti Lilis Saadah, S. Th.i, Guru SDN 18 Kebun Jeruk Jakarta Barat, buku penghubung akan memudahkan guru, murid dan orangtua dalam berkomunikasi tanpa memerlukan waktu yang khusus.

Ditambahkan oleh Hazizah, wali murid dari Muhammad Fazri (8 Tahun), bagi orangtua yang tak sempat mengantar jemput secara rutin anaknya ke sekolah dan mengikuti kegiatan dan perkembangan anaknya hari per hari di sekolah, buku penghubung adalah media yang dapat dioptimalkan fungsinya sebagai sarana komunikasi antar orangtua dan guru.

“Orangtua dapat saling berbalas kabar dan respon dengan guru tentang perkembangan pembelajaran dan sikap anaknya di sekolah,”

Buku penghubung ini berbeda dengan bimbingan konseling atau rapor. Kalau rapor biasanya diberikan pada jangka waktu tertentu. Sedangkan buku penghubung bisa digunakan kapan saja saat diperlukan. Misalnya untuk menyampaikan pengumuman yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar-mengajar. Seperti menyampaikan tugas rumah, ulangan harian dan info-info lainnya yang berkaitan dengan kelancaran tugas-tugas anak di sekolah dan di rumah.

Komunikasi Dua Arah

Buku penghubung ini bertujuan agar orangtua mengetahui kejadian di sekolah atau hal-hal yang memang harus diketahui orangtua. Misalnya, ada PR bahasa Indonesia hal. 20, kerjakan nomor 1-10 disalin di buku PR dan dikumpulkan hari Rabu.

Sebaliknya, karena buku penghubung bisa digunakan dua arah, artinya orangtua juga bisa menulis di buku itu, pihak sekolah (guru) juga dapat mengetahui kejadian khusus di rumah, dari berita yang disampaikan orangtua. Misal, di buku penghubung itu orangtua bisa menulis: Pada hari Senin Melia sakit panas. Dokter menyarankan supaya jangan ikut pelajaran olahraga terlebih dulu.

Jadi guru bisa mengetahui kejadian khusus yang terjadi di rumah dari apa yang disampaikan oleh orangtua. Maka dari itu buku penghubung wajib dibawa setiap hari ke sekolah.

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari buku penghubung. Khususnya, untuk anak-anak yang duduk di kelas rendah seperti kelas 1 sampai 3 SD. Walaupun saat ini diharuskan bisa membaca saat masuk sekolah dasar, namun kenyataannya ada beberapa anak di kelas awal ini belum bisa membaca dengan lancar. Juga belum mampu mengingat tugas-tugas sekolah atau mengatur jadwal dengan baik.

Buku penghubung bisa membantu anak mengingat kembali tugas sekolah yang harus dia lakukan, utamanya untuk anak-anak yang jarang berkomunikasi dengan orangtua. Jadi anak tidak dapat berbohong jika guru telah memberikan tugas rumah, karena sudah tertulis dibuku penghubung tersebut. Jadi, baik orangtua dan guru bisa sama-sama memantau tingkah laku si anak.

Buku Penghubung Efektif, Bila...

Agar buku penghubung bukan hanya menjadi seonggok buku, perlu ada aspek-aspek tertentu yang dicantumkan dalam buku penghubung tersebut. Antara lain hari dan tanggal, yakni waktu dituliskannya pesan dalam buku tersebut. Juga uraian tentang apa yang mau disampaikan. Yang terakhir, paraf orangtua atau guru, untuk menunjukkan bahwa mereka sudah membaca buku tersebut.

Sedangkan spesifik atau tidaknya pelaporan bergantung dari apa yang akan ditulis di dalam buku. Kalau yang ditulis lebih bersifat informasi, ada baiknya bersifat spesifik. Sedangkan kalau yang ditulis adalah permasalahan atau keluhan guru, ada baiknya guru hanya menulis secara garis besar saja, lalu membuat perjanjian ketemu dengan orangtua.

Agar buku penghubung efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru saat hendak menuliskan laporan di buku penghubung, yakni:

Laporan tidak boleh bersifat menghakimi anak dengan penilaian yang kurang obyektif. Ada baiknya guru cuma menuliskan tentang situasi yang terjadi. Contoh benar: Galih tidak membawa baju olahraga, sehingga ia tak bisa mengikuti pelajaran olahraga hari ini. Sedangkan contoh salah: Galih nakal, karena tidak memakai pakaian olahraga.

Karenanya dia dihukum tidak boleh ikut pelajaran olahraga. Untuk anak yang sudah bisa membaca, guru tidak perlu menulis secara detil apa yang ingin disampaikan kepada orangtua. Apalagi jika itu menyangkut perilaku anak yang 'bermasalah'. Sebaiknya guru hanya menulis keinginan pihak sekolah untuk bertemu orangtua dengan memberikan jadwal pertemuan. Dengan begitu, guru bisa leluasa menyampaikan masalah yang berhubungan dengan si anak saat pertemuan berlangsung.

www.forum-buku.blogspot.com

No comments:

Post a Comment