Islam memberikan landasan yang kuat untuk konsep keilmuan ini. Al-Quran surat Al-Muzadilah [28]: 11 misalnya, menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sementara dalam sejumlah riwayat dijelaskan tentang kedudukan ilmu, proses mencari ilmu dan ilmuwan dalam posisi yang sangat agung. Misalnya, dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa “Ilmu pengetahuan itu adalah milik orang mu’min yang hilang, di mana saja ia mendapatkannya, maka ia lebih berhak memilikinya dari yang lain”. “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat”. Dalam riwayat lainnya dinyatakan bahwa “barang siapa menempuh suatu jalan dalam mencari ilmu, maka Allah akan memberi jalan ke surga”; Malaikat akan mengepakan (melindungkan) penulispnya serta memintakan ampun kepada orang yang sedang mencari ilmu”; Ilmuwan itu adalah pewaris para Nabi”.
Bahkan tidak sampai disitu, wahyu pertama itu sendiri adalah perintah iqra’ (QS. Al-Alaq [96]: 1-5), yaitu perintah membaca, menelaah, mendalami, meneliti dan menggali ilmu pengetahuan. Jika Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan Brasil, berhasil melawan ketdakadilan dan kebodohon dari baca tulis melalui pendidikan kritis yang diperkenalkannya, maka jauh sebelum Freire lahir, Nabi Muhammad telah memperkenalkan falsafat iqra (membaca) ini untuk merubah kejahiliahan masyarakat Arab menjadi masyarakat yang berperadaban maju pada zamannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sementara dalam sejumlah riwayat dijelaskan tentang kedudukan ilmu, proses mencari ilmu dan ilmuwan dalam posisi yang sangat agung. Misalnya, dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa “Ilmu pengetahuan itu adalah milik orang mu’min yang hilang, di mana saja ia mendapatkannya, maka ia lebih berhak memilikinya dari yang lain”. “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. Carilah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat”. Dalam riwayat lainnya dinyatakan bahwa “barang siapa menempuh suatu jalan dalam mencari ilmu, maka Allah akan memberi jalan ke surga”; Malaikat akan mengepakan (melindungkan) penulispnya serta memintakan ampun kepada orang yang sedang mencari ilmu”; Ilmuwan itu adalah pewaris para Nabi”.
Bahkan tidak sampai disitu, wahyu pertama itu sendiri adalah perintah iqra’ (QS. Al-Alaq [96]: 1-5), yaitu perintah membaca, menelaah, mendalami, meneliti dan menggali ilmu pengetahuan. Jika Paulo Freire, seorang tokoh pendidikan Brasil, berhasil melawan ketdakadilan dan kebodohon dari baca tulis melalui pendidikan kritis yang diperkenalkannya, maka jauh sebelum Freire lahir, Nabi Muhammad telah memperkenalkan falsafat iqra (membaca) ini untuk merubah kejahiliahan masyarakat Arab menjadi masyarakat yang berperadaban maju pada zamannya.
No comments:
Post a Comment